tabengan.com
Menjadi seorang koruptor di Indonesia, rasanya begitu istimewa. Terutama karena mereka punya :privilege, semacam hak istimewa tapi tidak pada tempatnya alias privilege salah kaprah!.Â
Coba bandingkan  dengan maling ayam, begitu tertangkap langsung digebuk massa sampai babak belur, padahal barang curiannya tidak material. Okelah,  anggap saja persoalannya bukan pada "barang curian", tapi pada perilaku "mencuri", maka pencurian sebesar zarah alias atom pun harus ada konsekuensi yang ditanggung.Â
Jika "maling ayam" mencuri, bisa jadi karena hendak dijual kembali, dan ditukar dengan beras. Bahkan ditukar minuman tuak bagi yang pemabuk juga cuma jadi seteguk. Malang bagi yang pemadat, sudah mencuri, digebuki, uang hasil jualannya tak cukup beli selinting ganja, apalagi seampul sabu.Â
Bahkan beli se-ons udang sabu saja tak cukup. Artinya kejahatan itu berkaitan dengan urusan pusat ke atas (baca; area perut), bisa perut sendiri, bisa perut anaknya, atau perut anak bini. Cukuplah untuk makan sehari.
Istimewanya Para Koruptor
Bagaimana dengan para koruptor?
Sebuah buku terbitan Ormas Islam terbesar di Indonesia dilabeli, Koruptor Itu Kafir (September;2010), Nah. Padahal kafir itu biasanya dikaitkan dengan perilaku kita menyekutukan Tuhan. Itu artinya kerja seorang koruptor setara dengan kejahatan menyekutukan Tuhan, susah diampuni kecuali dengan Tobat Nasyuha.-tobat serius.Â
Lantas jika seorang koruptor menjadi kafir gara-gara barang curian yang nilai milyaran dan triliunan, apakah iya jika ia dipenjara, maka semua uang hasil korupsinya menjadi halal?.
Kejahatan korupsi itu kejahatan- eksta ordinary crimes, Â jenis kejahatan istimewa. Korbannya, bisa jadi seluruh rakyat Indonesia, atau rakyat satu propinsi atau satu kabupaten, atau satu instansi.Â