Mohon tunggu...
wahyu triatno
wahyu triatno Mohon Tunggu... Pencari nafkah keluarga -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Maestro

5 Februari 2018   19:52 Diperbarui: 5 Februari 2018   20:08 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar terkait/wallpaperscraft.com

"Baim?"

"Iya. Baim."

Kica  terdiam sebentar. Baim. Anak kelas 3 SMA Satria memang sudah cukup  terkenal. Gaung sepak terjangnya terdengar hingga ke telinga Kica beberapa kali. Dia tidak pernah kalah. Tapi bukan itu yang membuat  hatinya gusar, melainkan alasan pertarungan Baim jauh lebih mulia  ketimbang Kica yang hanya melindungi yang lemah. Alasan Baim jauh lebih  mendasar : Menegakkan Keadilan. Baim akan menjadi seteru yang seimbang untuknya. Dua orang maestro berbaku hantam. Ini akan menjadi pertempuran  yang paling sengit yang pernah ia lakukan. Bahkan mungkin Kica takluk.  Tapi Kica nggak peduli. Sore nanti dia akan tunggu di lapangan bola  deket SMA mereka.

+++

Panas demikian terik menyengat  ubun-ubun mereka. Sebagian anak-anak garuk-garuk kepala karena  ketombenya matang. Di seberang sana lima orang anak SMA menatap dengan  tajam. Begitupula Kica dan orang yang berada persis di depannya.

"Jadi elu yang namanya Baim?" Wajahnya menegang.

"Jadi elu yang namanya Kica?" Baim malah mengajukan pertanyaan serupa.

"Elu yang mukulin temen gue?"

"Iya. Gue yang pukulin temen lu. Kenapa? Kurang?"

Kica menahan geram. "Kenapa elu mukulin temen gue?"

"Soalnya temen lo itu belagu dan mukulin temen gue."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun