Mohon tunggu...
padmono anton
padmono anton Mohon Tunggu... -

saya adalah seorang petani desa di cianjur bagian selatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Apa Katamu?(4)

9 Januari 2011   00:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:48 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Maria mengakhiri
perkataan dengan memandang Watik secara jenaka. Watik tertawa dan mengangguk,
karena ia sendiri memang mengalaminya.

"Nah, sesuatu
yang indah dan manis itu, saya kurbankan atau saya tinggalkan, karena saya
menyerahkan cinta saya sepenuhnya pada Tuhan. Sederhananya, saya rela, tulus
ikhlas untuk tidak menikmati indah dan manisnya cinta kepada laki-laki. Itu
semua, saya persembahkan untuk Tuhan. Atau gambarannya begini. Ini hanya
gambaran... seandainya kamu sudah mencintai seorang laki-laki dan membangun rumah
tangga dengannya, bukankah kamu, sebagai perempuan yang normal, masih bisa juga
tertarik pada laki-laki lain? Akan tetapi, karena kamu sudah mencintai
laki-laki yang pertama, ketertarikanmu pada laki-laki lain, kamu tinggalkan..
kamu kurbankan, agar tetap bisa mencintai laki-laki yang pertama kan? Nah,
kalau kamu nekat juga mencintai secara sama laki-laki yang kedua, berarti kamu
selingkuh. Begitu juga aku. Aku pun bisa selingkuh. Dengan kaul kemurnian, aku
sudah bertekad untuk mencintai Tuhan dan semua orang. Jika kemudian aku
mencintai seseorang secara khusus -dan juga meskipun tidak sampai menikah--,
berarti aku selingkuh!" jelas Maria lancar di luar kepala.

"Suster kok bisa ya?" hanya itu komentar Watik.

"Kok bisa
bagaimana?" tanya Maria ingin lebih jelas maksud pertanyaan Watik.

"Maksudnya,
Suster bisa bertahan tidak mencintai seorang laki-laki secara khusus... Bagi
saya, rasanya... sulit..."

"Ya... ini pun
tidak mudah Watik. Saya sendiri tidak begitu mengerti, mengapa saya bisa..."
jawab Maria datar.

"Pada hal....
Suster kan... cantik, jadi..." Watik tidak meneruskan kata-katanya karena
mengandaikan Maria mengetahui lanjutannya.

"Ah, kamu bisa
aja..." seru Maria tersipu dan terselip kebahagian dalam dirinya.

"Iya...tentu banyak
laki-laki yang suka," Watik tidak jadi menyembunyikan lanjutan perkataan
sebelumnya.

"Begini Tik..!"
Wajah Maria kembali serius. "Saya sendiri masih selalu berjuang untuk
mempersembahkan diri secara utuh kepada Tuhan. Tapi, yang namanya manusia Tik...
kan ada kelemahan juga. Terus terang, perasaan ingin mencintai laki-laki secara
khusus.. kadang-kadang memang muncul. Tapi, kalau saya bercermin pada
suster-suster lain yang sudah tua, saya
merasa diingatkan dan diteguhkan untuk setia pada panggilanku. Kalau mereka
mampu mempersembahkan diri secara total sampai tua, nah, mengapa saya tidak?"

Sesungguhnya
Watik ingin bertanya, "kalau tiba-tiba muncul perasaan menggebu-gebu mencintai
laki-laki, bagaimana menetralkannya?", namun tidak berani.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun