Mohon tunggu...
Pramudya Arie
Pramudya Arie Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Indonesia

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sigmund Freud, Mimpi dan Soto Banjar

11 Februari 2022   16:00 Diperbarui: 17 Februari 2022   08:12 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hahaha" aku ikut tertawa,

"Semua mimpi adalah mimpi kenyamanan, yang berfungsi untuk meneruskan tidur, bukannya malah terbangun. Mimpi adalah penjaga tidur, dan bukan pengganggu tidur" mister Freud meneruskan orasi ilmiahnya didalam mimpiku ini. Sambil kami duduk duduk di sebuah gubuk atau shelter sederhana menunggu durian jatuh di sebuah kebun durian yang luas dan pohonnya besar-besar.

Unik juga mimpiku ini. Masa tokoh besar dunia sekaliber Sigmund Freud sedang menunggu durian jatuh...hehe.

"Mimpi-mimpi menunjukkan kita terjadinya keadaan yang sangat tidak biasa, mereka menunjukkan kepada kita bahwa pikiran mimpi dapat diciptakan oleh keinginan yang ditekan, yang sepenuhnya lolos sensor, dan dipindahkan ke alam mimpi tanpa  perubahan" lanjutnya.

"Iya mister" sahutku, mengangguk, sambil menggigit kerupuk. Kress...

"Kondisi khusus harus didapatkan agar hal tersebut dapat terwujud. Dua hal berikut ini mendukung munculnya mimpi tersebut : Pertama, ini adalah keinginan terakhir  bahwa kita bisa mempercayakan diri kita untuk menyimpannya, kita percaya bahwa keinginan tersebut tidak akan pernah terjadi kepada kita bahkan dalam mimpi, sensor mimpi tersebut dengan demikian tidak siap untuk menjadi aneh seperti hukum Solon yang tidak melihat perlunya menetapkan hukuman karena membunuh ayah. 

Kedua, keinginan yang ditekan dan tidak terduga dalam kasus khusus ini sering bertemu setengah jalan oleh residu dari pengalaman hari itu, dalam bentuk beberapa kekhawatiran terhadap kehidupan orang tercinta"  mister Freud menerangkan panjang lebar sambil menyeka wajahnya dengan sapu tangan putih yang diambilnya dari saku celananya.

Dan aku merasa sudah mulai terbangun. Lirih terdengar "Hungarian Rhapsody No. 2" nya Franz Liszt. Iramanya menari nari ditelingaku. Entah siapa yang menyetel musik klasik di pagi buta seperti ini. Atau, aku masih di alam mimpi?

Ternyata aku separo di alam mimpi dan separo di dunia nyata. Masih setengah tertidur.

Kemudian ada hal yang menarik disampaikan oleh mister Freud lebih lanjut...

"Ketika sebuah ucapan lisan secara tegas dibedakan dari pikiran seperti yang terjadi dalam mimpi, maka yang selalu terjadi adalah bahwa bicara dalam mimpi berasal dari pidato yang diingat dibahan mimpi" tandasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun