Aku berusaha memahami kata-katanya.
"Orang zaman dahulu percaya, mimpi dikirim oleh para dewa untuk  menuntun tindakan manusia kang" ujarnya.
"Dan itu ada benarnya, namun sebenarnya pemicu mimpi adalah rangsangan sensorik subjektif, yang disebabkan oleh halusinasi". Dia terdiam sejenak. Tangannya merogoh kantong jasnya yang bagian bawah, sedang mencari sesuatu.. Dan seketika sudah ada sebuah benda di tangan kirinya. Oh, ternyata pipa tembakau untuk merokok. Aku tak pernah melihat lagi ada pria di milenial kedua ini  yang merokok menggunakan pipa. Yang ada, biasanya  menghisap rokok batangan. Tapi kan, dia datang dari masa lalu. Wajar saja.
Ia mulai meneruskan...
"Halusinasi adalah kumpulan gambar yang jelas dan berubah-ubah, dan terjadi terus menerus selama periode tidur" ucapnya agak tersedak karena ada sebatang pipa di mulutnya kini. Ia menyalakan tembakau yang ada di ujung pipanya dengan korek api, dan menghisapnya dalam-dalam. Lalu dihembuskannya segumpal asap dari mulut dan hidungnya. Tampak sekali ia menikmatinya.
"Dan itu  mungkin berlanjut sampai kita mulai terbangun kang".
Aku manggut-manggut.Â
"Perlu diingat, bahwa hampir semua organ internal tubuh kita ini, dalam keadaan sehat selalu mengingatkan kita tentang keberadaan mereka. Mungkin dalam keadaan eksitasi, atau karena penyakit, akan menjadi sumber sensasi yang menyakitkan. Semua ini harus disamakan dengan rangsangan eksternal dari rasa sakit dan sensasi. Mimpi terjadi pada hampir semua orang, dan mencapai potensi terbesarnya  pada malam hari.  Teori asal usul mimpi ini lah yang digemari oleh para ilmuwan kang"
"Oh begitu ya, mister"
"Iya" sahutnya.
"Jadi, dalam keadaan tidur, ide-ide yang tidak diinginkan akan muncul menjadi gambaran visual, ini diakibatkan oleh kelelahan" sambungnya.