Mohon tunggu...
Wiwik Windarti
Wiwik Windarti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang Guru SD yang sudah mengajar selama 21 Tahun di SDN Gunungsari Kec. Dawarblandong kab. Mojokerto. Keinginan saya menulis di kompasiana ini karena saya melanjutkan kembali belajar di S2Pendidikan Dasar Universitas Surabaya. Banyak pengetahuan yang bisa saya pelajari dengan terus belajar dan menambah pengetahuan untuk terus bertumbuh sesuai dengan kodrat Zaman. Di kompasiana saya juga akan mendapatkan banyak pengetahuan yang sangat berguna bagi saya sebagai Guru untuk di terapkan di Sekolah Dasar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ludruk Anak di SDN Gunungsari Kec. Dawarblandong Mampu Meningkatkan Prestasi Belajar

14 Januari 2025   16:05 Diperbarui: 14 Januari 2025   16:05 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembahasan

Asal-usul ludruk, sebuah bentuk kesenian tradisional Indonesia, yang berawal dari daerah Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya dan Malang. Pertunjukan ludruk melibatkan banyak orang, termasuk pemusik (karawitan), juli jula, bedayan, penari remo, pemain figuran, dan aktor yang dikenal dengan sebutan lakon. Fungsi ludruk dapat berfungsi untuk menghibur dan mengartikulasikan kritik dan tuntutan terhadap pemerintah. Hal ini dimungkinkan dengan adanya integrasi unsur-unsur humor dan kesempatan untuk mengekspresikan pendapat dan kritik dalam bentuk pertunjukan. Istilah "Ludruk" terdiri dari kata dasar "molo-molo" dan "gedrak-gedruk". Istilah "molo-molo" mengacu pada situasi di mana mulut diisi dengan tembakau yang manis dan lezat, yang kemudian dimuntahkan untuk menghasilkan suara kata-kata yang digunakan dalam narasi dan dialog. Sedangkan istilah "Gedrak-Gedruk", menggambarkan gerakan kaki, yang diletakkan dengan tegas di lantai saat menari di atas panggung. Pertunjukan kesenian Ludruk mencapai klimaksnya dalam bentuk teater atau narasi, yang berfokus pada kehidupan sehari-hari, cerita rakyat, peristiwa bersejarah atau legenda dan diiringi dengan musik organ gamelan.(Ongko, 2022)

Gerakan dalam ludruk lebih bebas dan tidak terlalu terikat aturan yang kaku, berbeda dengan tari tradisional Jawa lainnya. Gerakan-gerakan ini cenderung menghibur dan mengandung unsur komedi. Namun, setiap karakter biasanya memiliki gerakan khas yang mencerminkan sifat atau peran mereka dalam cerita dan pada pertunjukan luduruk ekspresi wajah dan suara dalam ludruk sangat penting, terutama karena kesenian ini banyak bergantung pada humor dan kritik sosial. Para pemain ludruk harus mampu menampilkan ekspresi yang jelas untuk menunjukkan emosi, seperti marah, sedih, atau senang, agar dapat menyampaikan pesan dengan baik. Ekspresi juga sering dibuat berlebihan untuk menambah kesan komedi dan mempermudah penonton menangkap maksud adegan (Andriany, 2023). Tokoh Panakawan (biasanya Kartolo) mirip dengan pelawak, yang sering melontarkan lelucon atau komentar yang bisa mengundang tawa. Panakawan biasanya hadir untuk meringankan suasana dan memberikan nilai-nilai kehidupan atau nasihat secara tidak langsung melalui candaan.

Biasanya, pertunjukan Ludruk dibuka dengan tarian Remo, yang merupakan ekspresi budaya dari semangat juang masyarakat Jawa Timur. Koreografi tari Remo memiliki ciri khas bentuk yang terkendali dan sederhana, baik dari segi gerakan, busana, maupun gaya pertunjukan. Pada perkembangan selanjutnya, para seniman menciptakan berbagai inovasi urutan gerakan untuk tarian Remo dan Ludruk.(Hargianto & Sariyatun, 2016).  Kedua tarian ini juga sering digunakan sebagai bentuk ekspresi atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia nyata maupun politik. Selain tarian, ada dua elemen lain yang dihadirkan di atas panggung oleh para seniman aliran Ludruk, yaitu nyanyian dan kidung.

Dalam ludruk, elemen-elemen seperti dialog, gerakan, ekspresi, dan peran-peran karakter secara langsung seperti, kemampuan untuk mengekspresikan diri mereka secara verbal. Isi cerita disampaikan dengan berbagai cara, misalnya melalui dialog. Hal ini menuntut kemampuan bahasa yang tinggi dari para pelajar atau siswa. Mengambil bagian dalam pertunjukan Ludruk mengharuskan anak-anak untuk dapat mengekspresikan diri mereka dengan jelas, tepat dan ekspresif. Hal ini termasuk mempraktikkan komunikasi yang sesuai dengan situasi, menarik dan dapat dipahami, yang mendorong kepercayaan diri dalam interaksi bahasa. Penggunaan humor dalam dialog juga membantu anak-anak untuk mengkontekstualisasikan percakapan dan menciptakan suasana saling percaya dengan penonton. (Sumiyani et al., 2020).

Bentuk pertunjukan Ludruk ditandai dengan kebebasan tertentu, namun tetap mempertahankan hubungan dengan narasi. Anak-anak didorong untuk mengekspresikan karakter yang mereka mainkan melalui ucapan dan gerakan. Hal ini mendorong kesadaran diri dan kesadaran akan fisik mereka sendiri. Hal ini juga melatih kemampuan untuk menyampaikan emosi dan pesan melalui gerakan dan tanpa ekspresi verbal. Berlatih gerakan ini juga membantu anak-anak untuk tampil dengan percaya diri dan berinteraksi dengan penonton atau pemain lain.(Prawoto & Pramulia, 2020). Dengan melatih gerakan sebagai bagian dari tarian Ludruk, anak-anak mengembangkan kemampuan untuk menggunakan komunikasi non-verbal dalam situasi kehidupan yang berbeda. Anak-anak belajar kemampuan untuk menafsirkan ekspresi wajah dan gerak tubuh orang lain dan bereaksi dengan tepat terhadap situasi tersebut. Pelatihan ini juga memberikan anak-anak kemampuan untuk mengendalikan emosi dan menyampaikan pesan secara efektif tanpa harus bergantung pada ekspresi verbal. Dalam hal ini, Ludruk tidak hanya merupakan bentuk hiburan, tetapi juga media pendidikan yang sangat bermanfaat bagi anak-anak. Dengan melatih gerak tubuh dalam konteks Ludruk, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan komunikasi non-verbal yang sangat penting dalam kehidupan. Anak-anak belajar menafsirkan ekspresi wajah dan postur tubuh orang lain dan menyesuaikan reaksi mereka sendiri dengan situasi yang dihadapi. Pelatihan ini juga mendorong kemampuan untuk mengatur emosi dan berkomunikasi secara efektif tanpa harus menggunakan komunikasi verbal.

Lalu ada ekspresi wajah dan memerankan tokoh panakwan atau lainnya yang jelas dan berani merupakan bagian penting dalam ludruk, karena sebagian besar emosi disampaikan secara langsung melalui ekspresi. Anak-anak belajar mengendalikan dan menguatkan ekspresi wajah mereka sesuai dengan emosi yang ingin disampaikan, seperti senang, sedih, marah, atau heran. Kemampuan ini tidak hanya membantu mereka untuk mengekspresikan diri dengan lebih baik tetapi juga membangun kesadaran emosional mereka, sehingga lebih mudah memahami dan merespons emosi orang lain. Anak-anak sering kali diberi peran seperti tokoh panakawan atau karakter-karakter lain dalam ludruk. Dalam memainkan karakter ini, mereka belajar melihat dunia dari sudut pandang lain, mengasah empati, dan menghargai peran orang lain. Misalnya, memainkan peran sebagai panakawan yang suka melontarkan nasihat atau lelucon mengajarkan anak untuk menyampaikan pesan atau kritik dengan cara yang halus dan bisa diterima. Mereka belajar bagaimana memahami perasaan tokoh yang dimainkan serta mengenal cara karakter tersebut menyampaikan maksud mereka. Dengan demikian, mereka menjadi lebih peka terhadap perasaan dan emosi orang lain, serta mampu menempatkan diri mereka dalam posisi orang lain untuk memahami sudut pandang yang berbeda. Selain itu, melalui peran sebagai panakawan atau karakter lain, anak-anak juga belajar untuk menyampaikan pesan atau kritik dengan cara yang lebih bijaksana dan dapat diterima oleh orang lain. Semua ini merupakan pembelajaran berharga yang dapat membentuk kepribadian anak-anak menjadi lebih baik dan peduli terhadap lingkungan sekitar.

Ludruk menuntut interaksi yang cukup intens di antara pemain. Anak-anak berlatih bekerja sama, merespons, dan beradaptasi dengan reaksi teman-temannya. Hal ini mengajarkan kemampuan sosial penting, seperti kerja tim, empati, dan adaptasi. Saat mereka berlatih atau tampil, anak-anak juga belajar untuk memahami timing dan mendukung pemain lain, misalnya memberikan kesempatan untuk berbicara atau beraksi. Seorang pemain ludruk belajar untuk membaca respons audiens dan menyesuaikan ekspresi atau gerakannya agar lebih menarik atau lucu bagi penonton. Hal ini melatih mereka untuk mengembangkan kesadaran sosial serta kemampuan memahami reaksi orang lain, sehingga mengajarkan mereka untuk lebih responsif terhadap orang lain.

Melalui ludruk, anak-anak tidak hanya mendapatkan keterampilan dasar dalam seni pertunjukan tetapi juga memperkaya kemampuan komunikasi, empati, dan kesadaran emosional, yang akan mendukung mereka dalam kehidupan sosial dan keseharian mereka.  Mereka belajar bekerja sama dalam sebuah tim untuk menciptakan pertunjukan yang menarik, serta belajar mengontrol emosi dan mengekspresikan perasaan mereka secara kreatif(Prawoto & Pramulia, 2020). Dengan demikian, melalui ludruk, anak-anak dapat mengembangkan kepribadian mereka dan menjadi individu yang lebih terampil dan berempati dalam berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, mereka juga dapat mempelajari nilai-nilai budaya dan tradisi yang terkandung dalam seni pertunjukan ludruk. Melalui pengalaman ini, anak-anak juga dapat mengembangkan rasa percaya diri dan mengatasi rasa gugup ketika tampil di depan orang banyak. Mereka belajar untuk menghargai perbedaan pendapat dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Tetapi guru harus bisa mengajarkan kepada siswa agar siswa dapat memperkaya kamampuan mereka dalam komunikasi, ekpresi diri agar siswa dapat menjadi pribadi yang percaya diri dan mampu berkomunikasi dengan baik di berbagai situasi. Dengan demikian, guru perlu memberikan beragam metode pengajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi mereka.(Darawati & Theresia, 2019) Selain itu, guru juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih secara aktif dalam berkomunikasi agar mereka dapat terbiasa dan semakin mahir dalam hal tersebut. Dengan adanya dukungan dan bimbingan dari guru, diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka secara bertahap.

 Proses Pembelajaran Ludruk di Sekolah dasar negeri Gunungsari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun