Mohon tunggu...
Wiwik Windarti
Wiwik Windarti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang Guru SD yang sudah mengajar selama 21 Tahun di SDN Gunungsari Kec. Dawarblandong kab. Mojokerto. Keinginan saya menulis di kompasiana ini karena saya melanjutkan kembali belajar di S2Pendidikan Dasar Universitas Surabaya. Banyak pengetahuan yang bisa saya pelajari dengan terus belajar dan menambah pengetahuan untuk terus bertumbuh sesuai dengan kodrat Zaman. Di kompasiana saya juga akan mendapatkan banyak pengetahuan yang sangat berguna bagi saya sebagai Guru untuk di terapkan di Sekolah Dasar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ludruk Anak di SDN Gunungsari Kec. Dawarblandong Mampu Meningkatkan Prestasi Belajar

14 Januari 2025   16:05 Diperbarui: 14 Januari 2025   16:05 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pementasan ludruk anak SDN Gunungsari (Sumber: https://youtu.be/vpZpN1QRXe4?si=veDZeUxfrtqWnz6j )

Dalam era globalisasi yang semakin pesat, tuntutan akan kemampuan komunikasi dan ekspresi diri yang efektif menjadi semakin penting. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk mampu bersosialisasi, berinteraksi, dan menyampaikan ide-ide mereka dengan baik. Namun, di sisi lain, perkembangan teknologi yang begitu cepat seringkali membuat anak-anak lebih individualis dan kurang terlibat dalam aktivitas sosial yang menuntut interaksi langsung.

Kemampuan berkomunikasi dan mengekspresikan diri adalah keterampilan penting yang harus dimiliki setiap anak, terutama pada usia sekolah dasar negeri Gunungsari. Keterampilan ini tidak hanya mendukung keberhasilan akademis, tetapi juga pengembangan kepribadian dan pembentukan karakteristik individu. Kreitner mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran informasi antara pengirim dan penerima, di mana makna dari informasi tersebut dikembangkan di antara individu-individu yang terlibat ( bdk. Kreitner 2017: 72). Melalui komunikasi yang memadai, anak-anak memperoleh kemampuan untuk membangun hubungan sosial, mengekspresikan pikiran mereka, dan lebih memahami lingkungan sosial mereka. Selain itu, kemampuan berkomunikasi juga membantu anak untuk mengenali dan mengekspresikan perasaan dan ide mereka dengan cara yang positif. Namun, mengembangkan keterampilan ini di kelas dasar sering kali menjadi tantangan karena kurikulum masih berfokus pada pengembangan kognitif dan akademik.

Di tengah tantangan ini, sangat penting bagi kita untuk mengingat kekayaan tradisi budaya negara kita, termasuk kesenian tradisional. Bentuk seni tradisional seperti ludruk Jawa memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi media pembelajaran yang efektif.  Kesenian ludruk, dapat di artikan sebagai bentuk teater tradisional di mana beberapa orang dalam sebuah kelompok memainkan sebuah cerita yang didasarkan pada kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari. Unsur-unsur musik seperti suara  gamelan dan selingan humor yang dibawakan oleh para aktornya sendiri atau bisa dipadukan (Nusantara et al., 2022). Pertunjukan ludruk tidak hanya dapat dilihat sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pembelajaran dan transfer pengetahuan yang efektif. Dengan berpartisipasi dalam pertunjukan ludruk, anak-anak didorong untuk mengembangkan ide-ide kreatif mereka sendiri, membebaskan imajinasi mereka, dan masuk ke dalam pertukaran interaktif dengan orang lain dan  membangun rasa percaya diri mereka, memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri di depan orang lain.

Namun, di tengah perkembangan zaman dan pesatnya kemajuan teknologi, seni tradisional seperti ludruk kini semakin jarang diminati, terutama di kalangan generasi muda. Banyak anak lebih tertarik pada budaya populer dan hiburan digital yang kerap kurang memberikan nilai-nilai sosial dan budaya. Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran akan hilangnya apresiasi terhadap seni tradisional di kalangan anak-anak. Oleh karena itu, upaya untuk memperkenalkan ludruk di sekolah dasar negeri Gunungsari menjadi penting sebagai bagian dari pelestarian budaya sekaligus media edukasi yang menarik.

Pertunjukan Ludruk mencakup berbagai aspek kehidupan sosial, termasuk representasi penderitaan, usaha, dan kegembiraan dari berbagai kelompok dan kelas sosial. Ludruk adalah bentuk seni kolektif yang melibatkan berbagai peserta, termasuk pemain, pemusik, dan kru panggung. Dengan berpartisipasi dalam tradisi Ludruk, anak-anak menyadari pentingnya bekerja sama dan saling mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.  Pentingnya Ludruk lebih dari sekadar hiburan.(Prasetia Nugroho, 2023). Cerita-cerita dalam ludruk mengajarkan nilai-nilai moral dan sosial seperti kejujuran, tolong-menolong, kesetiaan, komitmen dan keadilan. Dengan memperhatikan tokoh-tokoh dalam cerita, anak-anak dapat memahami nilai-nilai tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan mereka.(Luckiyanti & Sulistyo, n.d.)

Pengenalan ludruk di sekolah dasar negeri Gunungsari merupakan metode pembelajaran yang efektif yang memungkinkan anak-anak untuk mengembangkan kemampuan bahasa, komunikatif, dan ekspresif. Dengan berpartisipasi dalam pertunjukan ludruk, anak-anak mendapatkan kemampuan untuk mengekspresikan diri mereka dalam dialog, mengembangkan empati dengan lebih memahami karakter yang mereka mainkan, serta mengekspresikan emosi melalui gerakan dan intonasi suara. Mengajarkan keterampilan ini mengarah pada pelatihan langsung dalam keterampilan komunikasi verbal dan non-verbal. Hal ini juga meningkatkan rasa percaya diri dalam kemampuan komunikasi dan berbicara di depan umum.

Mengingat manfaat yang cukup besar dari memasukkan media artistik ekspresi "Ludruk" ke dalam kurikulum sekolah, perlu dicatat bahwa promosi keterampilan bahasa dan pertunjukan anak-anak bukanlah satu-satunya efek positif. Mereka juga dibiasakan dengan nilai-nilai budaya yang penting dalam konteks ini. Hal ini pada akhirnya mengarah pada pengembangan kepribadian yang positif, meningkatkan kecintaan terhadap budaya lokal dan memperkuat kebanggaan terhadap identitas budaya sendiri. Oleh karena itu, mengajarkan Ludruk tidak hanya dapat berfungsi sebagai media pendidikan, tetapi juga sebagai media hiburan yang mendorong anak-anak untuk belajar.

Dengan begitu, diharapkan pembelajaran seni ludruk dapat memengaruhi kemampuan berkomunikasi dan ekspresi diri pada anak-anak sekolah dasar negeri Gunungsari. Pembahasan akan mencakup metode pembelajaran ludruk yang dapat diterapkan di lingkungan sekolah dasar negeri Gunungsari, pengaruh positifnya terhadap perkembangan komunikasi dan ekspresi diri, serta manfaat jangka panjang yang dihasilkan dari pembelajaran ini. Diharapkan, dapat memberikan wawasan baru bagi pendidik dan pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan pentingnya pendidikan seni tradisional dalam kurikulum pendidikan anak-anak sekolah dasar negeri Gunungsari.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan deskriptif dan analisis. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran keseluruhan yang komprehensif dan kompleks. Gambaran ini dideskripsikan dengan kata-kata dan mencakup pandangan-pandangan terperinci yang diperoleh dari sumber-sumber informan. Pengumpulan data dilakukan dalam lingkungan yang alami. Wawancara dan studi literatur digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini. Selanjutnya, metode penelitian literatur, yang juga dikenal sebagai "studi pustaka", digunakan untuk memperoleh data dari berbagai sumber seperti jurnal, artikel, dan buku. Pencarian literatur umumnya terdiri dari empat tahap: menyiapkan materi yang dibutuhkan, menyusun daftar pustaka, mengatur waktu dan sumber daya, dan mendokumentasikan temuan penelitian (Zed, 2004).

Pembahasan

Asal-usul ludruk, sebuah bentuk kesenian tradisional Indonesia, yang berawal dari daerah Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya dan Malang. Pertunjukan ludruk melibatkan banyak orang, termasuk pemusik (karawitan), juli jula, bedayan, penari remo, pemain figuran, dan aktor yang dikenal dengan sebutan lakon. Fungsi ludruk dapat berfungsi untuk menghibur dan mengartikulasikan kritik dan tuntutan terhadap pemerintah. Hal ini dimungkinkan dengan adanya integrasi unsur-unsur humor dan kesempatan untuk mengekspresikan pendapat dan kritik dalam bentuk pertunjukan. Istilah "Ludruk" terdiri dari kata dasar "molo-molo" dan "gedrak-gedruk". Istilah "molo-molo" mengacu pada situasi di mana mulut diisi dengan tembakau yang manis dan lezat, yang kemudian dimuntahkan untuk menghasilkan suara kata-kata yang digunakan dalam narasi dan dialog. Sedangkan istilah "Gedrak-Gedruk", menggambarkan gerakan kaki, yang diletakkan dengan tegas di lantai saat menari di atas panggung. Pertunjukan kesenian Ludruk mencapai klimaksnya dalam bentuk teater atau narasi, yang berfokus pada kehidupan sehari-hari, cerita rakyat, peristiwa bersejarah atau legenda dan diiringi dengan musik organ gamelan.(Ongko, 2022)

Gerakan dalam ludruk lebih bebas dan tidak terlalu terikat aturan yang kaku, berbeda dengan tari tradisional Jawa lainnya. Gerakan-gerakan ini cenderung menghibur dan mengandung unsur komedi. Namun, setiap karakter biasanya memiliki gerakan khas yang mencerminkan sifat atau peran mereka dalam cerita dan pada pertunjukan luduruk ekspresi wajah dan suara dalam ludruk sangat penting, terutama karena kesenian ini banyak bergantung pada humor dan kritik sosial. Para pemain ludruk harus mampu menampilkan ekspresi yang jelas untuk menunjukkan emosi, seperti marah, sedih, atau senang, agar dapat menyampaikan pesan dengan baik. Ekspresi juga sering dibuat berlebihan untuk menambah kesan komedi dan mempermudah penonton menangkap maksud adegan (Andriany, 2023). Tokoh Panakawan (biasanya Kartolo) mirip dengan pelawak, yang sering melontarkan lelucon atau komentar yang bisa mengundang tawa. Panakawan biasanya hadir untuk meringankan suasana dan memberikan nilai-nilai kehidupan atau nasihat secara tidak langsung melalui candaan.

Biasanya, pertunjukan Ludruk dibuka dengan tarian Remo, yang merupakan ekspresi budaya dari semangat juang masyarakat Jawa Timur. Koreografi tari Remo memiliki ciri khas bentuk yang terkendali dan sederhana, baik dari segi gerakan, busana, maupun gaya pertunjukan. Pada perkembangan selanjutnya, para seniman menciptakan berbagai inovasi urutan gerakan untuk tarian Remo dan Ludruk.(Hargianto & Sariyatun, 2016).  Kedua tarian ini juga sering digunakan sebagai bentuk ekspresi atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia nyata maupun politik. Selain tarian, ada dua elemen lain yang dihadirkan di atas panggung oleh para seniman aliran Ludruk, yaitu nyanyian dan kidung.

Dalam ludruk, elemen-elemen seperti dialog, gerakan, ekspresi, dan peran-peran karakter secara langsung seperti, kemampuan untuk mengekspresikan diri mereka secara verbal. Isi cerita disampaikan dengan berbagai cara, misalnya melalui dialog. Hal ini menuntut kemampuan bahasa yang tinggi dari para pelajar atau siswa. Mengambil bagian dalam pertunjukan Ludruk mengharuskan anak-anak untuk dapat mengekspresikan diri mereka dengan jelas, tepat dan ekspresif. Hal ini termasuk mempraktikkan komunikasi yang sesuai dengan situasi, menarik dan dapat dipahami, yang mendorong kepercayaan diri dalam interaksi bahasa. Penggunaan humor dalam dialog juga membantu anak-anak untuk mengkontekstualisasikan percakapan dan menciptakan suasana saling percaya dengan penonton. (Sumiyani et al., 2020).

Bentuk pertunjukan Ludruk ditandai dengan kebebasan tertentu, namun tetap mempertahankan hubungan dengan narasi. Anak-anak didorong untuk mengekspresikan karakter yang mereka mainkan melalui ucapan dan gerakan. Hal ini mendorong kesadaran diri dan kesadaran akan fisik mereka sendiri. Hal ini juga melatih kemampuan untuk menyampaikan emosi dan pesan melalui gerakan dan tanpa ekspresi verbal. Berlatih gerakan ini juga membantu anak-anak untuk tampil dengan percaya diri dan berinteraksi dengan penonton atau pemain lain.(Prawoto & Pramulia, 2020). Dengan melatih gerakan sebagai bagian dari tarian Ludruk, anak-anak mengembangkan kemampuan untuk menggunakan komunikasi non-verbal dalam situasi kehidupan yang berbeda. Anak-anak belajar kemampuan untuk menafsirkan ekspresi wajah dan gerak tubuh orang lain dan bereaksi dengan tepat terhadap situasi tersebut. Pelatihan ini juga memberikan anak-anak kemampuan untuk mengendalikan emosi dan menyampaikan pesan secara efektif tanpa harus bergantung pada ekspresi verbal. Dalam hal ini, Ludruk tidak hanya merupakan bentuk hiburan, tetapi juga media pendidikan yang sangat bermanfaat bagi anak-anak. Dengan melatih gerak tubuh dalam konteks Ludruk, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan komunikasi non-verbal yang sangat penting dalam kehidupan. Anak-anak belajar menafsirkan ekspresi wajah dan postur tubuh orang lain dan menyesuaikan reaksi mereka sendiri dengan situasi yang dihadapi. Pelatihan ini juga mendorong kemampuan untuk mengatur emosi dan berkomunikasi secara efektif tanpa harus menggunakan komunikasi verbal.

Lalu ada ekspresi wajah dan memerankan tokoh panakwan atau lainnya yang jelas dan berani merupakan bagian penting dalam ludruk, karena sebagian besar emosi disampaikan secara langsung melalui ekspresi. Anak-anak belajar mengendalikan dan menguatkan ekspresi wajah mereka sesuai dengan emosi yang ingin disampaikan, seperti senang, sedih, marah, atau heran. Kemampuan ini tidak hanya membantu mereka untuk mengekspresikan diri dengan lebih baik tetapi juga membangun kesadaran emosional mereka, sehingga lebih mudah memahami dan merespons emosi orang lain. Anak-anak sering kali diberi peran seperti tokoh panakawan atau karakter-karakter lain dalam ludruk. Dalam memainkan karakter ini, mereka belajar melihat dunia dari sudut pandang lain, mengasah empati, dan menghargai peran orang lain. Misalnya, memainkan peran sebagai panakawan yang suka melontarkan nasihat atau lelucon mengajarkan anak untuk menyampaikan pesan atau kritik dengan cara yang halus dan bisa diterima. Mereka belajar bagaimana memahami perasaan tokoh yang dimainkan serta mengenal cara karakter tersebut menyampaikan maksud mereka. Dengan demikian, mereka menjadi lebih peka terhadap perasaan dan emosi orang lain, serta mampu menempatkan diri mereka dalam posisi orang lain untuk memahami sudut pandang yang berbeda. Selain itu, melalui peran sebagai panakawan atau karakter lain, anak-anak juga belajar untuk menyampaikan pesan atau kritik dengan cara yang lebih bijaksana dan dapat diterima oleh orang lain. Semua ini merupakan pembelajaran berharga yang dapat membentuk kepribadian anak-anak menjadi lebih baik dan peduli terhadap lingkungan sekitar.

Ludruk menuntut interaksi yang cukup intens di antara pemain. Anak-anak berlatih bekerja sama, merespons, dan beradaptasi dengan reaksi teman-temannya. Hal ini mengajarkan kemampuan sosial penting, seperti kerja tim, empati, dan adaptasi. Saat mereka berlatih atau tampil, anak-anak juga belajar untuk memahami timing dan mendukung pemain lain, misalnya memberikan kesempatan untuk berbicara atau beraksi. Seorang pemain ludruk belajar untuk membaca respons audiens dan menyesuaikan ekspresi atau gerakannya agar lebih menarik atau lucu bagi penonton. Hal ini melatih mereka untuk mengembangkan kesadaran sosial serta kemampuan memahami reaksi orang lain, sehingga mengajarkan mereka untuk lebih responsif terhadap orang lain.

Melalui ludruk, anak-anak tidak hanya mendapatkan keterampilan dasar dalam seni pertunjukan tetapi juga memperkaya kemampuan komunikasi, empati, dan kesadaran emosional, yang akan mendukung mereka dalam kehidupan sosial dan keseharian mereka.  Mereka belajar bekerja sama dalam sebuah tim untuk menciptakan pertunjukan yang menarik, serta belajar mengontrol emosi dan mengekspresikan perasaan mereka secara kreatif(Prawoto & Pramulia, 2020). Dengan demikian, melalui ludruk, anak-anak dapat mengembangkan kepribadian mereka dan menjadi individu yang lebih terampil dan berempati dalam berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, mereka juga dapat mempelajari nilai-nilai budaya dan tradisi yang terkandung dalam seni pertunjukan ludruk. Melalui pengalaman ini, anak-anak juga dapat mengembangkan rasa percaya diri dan mengatasi rasa gugup ketika tampil di depan orang banyak. Mereka belajar untuk menghargai perbedaan pendapat dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Tetapi guru harus bisa mengajarkan kepada siswa agar siswa dapat memperkaya kamampuan mereka dalam komunikasi, ekpresi diri agar siswa dapat menjadi pribadi yang percaya diri dan mampu berkomunikasi dengan baik di berbagai situasi. Dengan demikian, guru perlu memberikan beragam metode pengajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi mereka.(Darawati & Theresia, 2019) Selain itu, guru juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih secara aktif dalam berkomunikasi agar mereka dapat terbiasa dan semakin mahir dalam hal tersebut. Dengan adanya dukungan dan bimbingan dari guru, diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka secara bertahap.

 Proses Pembelajaran Ludruk di Sekolah dasar negeri Gunungsari

Mengajarkan ludruk kepada anak-anak di sekolah dasar negeri Gunungsari bisa dilakukan dengan metode-metode interaktif dan kreatif yang sesuai dengan usia mereka. Tujuannya adalah agar anak-anak tidak hanya memahami ludruk sebagai seni, tetapi juga mendapatkan manfaat dari pengembangan komunikasi, ekspresi, dan kerja sama. Berikut beberapa metode dan tahapan yang bisa diterapkan:

1. Latihan Peran

Anak-anak bisa diajak bermain peran sebagai berbagai karakter dalam ludruk, seperti tokoh utama, panakawan, atau pelawak. Latihan peran ini memperkenalkan anak pada konsep karakter dan peran sosial. Guru dapat membimbing anak-anak untuk mengembangkan karakter mereka dan menyampaikan dialog dengan ekspresif sesuai peran masing-masing. Dengan bermain ludruk, anak-anak juga dapat belajar bekerja sama dalam sebuah tim dan memahami pentingnya saling mendukung satu sama lain. Selain itu, melalui latihan peran ini, anak-anak dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dan ekspresi diri mereka.

2. Permainan Drama

Permainan drama yang ringan dan menyenangkan akan membantu anak-anak lebih percaya diri dan bebas berekspresi. Misalnya, guru bisa membuat permainan tebak karakter atau mengadakan sesi di mana anak-anak mengekspresikan emosi tertentu sesuai dengan tokoh dalam cerita ludruk. Ini membantu anak mengenal variasi ekspresi dan merasakan perbedaan antara karakter yang satu dengan yang lain.

3. Kegiatan Kelompok 

Kegiatan ini penting untuk membangun kerja sama dan kekompakan di antara anak-anak. Guru bisa membagi anak-anak dalam kelompok kecil dan memberi mereka peran masing-masing dalam satu cerita ludruk. Setiap kelompok bisa tampil bersama, dan anak-anak belajar mendukung satu sama lain serta bekerja sebagai tim.

Guru bisa memulai dengan cerita ludruk sederhana seperti kisah humor atau cerita rakyat, dan menggunakan alat bantu visual atau media lain agar anak-anak lebih tertarik. Pembelajaran ludruk juga bisa diselingi dengan diskusi singkat mengenai pesan-pesan sosial atau nilai moral dari cerita yang dibawakan. Melalui metode dan tahapan ini, pembelajaran ludruk di sekolah dasar negeri Gunungsari tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik, memberikan anak-anak keterampilan dalam berkomunikasi, berekspresi, dan bekerja sama.anak-anak belajar berbagai keterampilan yang penting bagi perkembangan diri, seperti mengatasi rasa malu, membangun keberanian, dan menampilkan emosi.

Mengatasi Rasa Malu dan Membangun Keberanian

Berperan di atas panggung ludruk memerlukan keberanian, terutama bagi anak-anak yang mungkin belum terbiasa menjadi pusat perhatian. Ketika mereka mengambil peran sebagai karakter tertentu, mereka belajar untuk menghadapi audiens dan menjadi bagian dari cerita. Pengalaman ini membantu mereka mengatasi rasa malu karena fokus bergeser dari diri mereka sendiri menjadi karakter yang dimainkan. Seiring waktu, melalui latihan dan dukungan kelompok, keberanian mereka untuk tampil di hadapan orang banyak meningkat. Mereka juga belajar bahwa tidak apa-apa untuk membuat kesalahan dan bahwa respons positif dari penonton bisa membangun rasa percaya diri.

Pengembangan Ekspresi Wajah, Nada Suara, dan Bahasa Tubuh

Ludruk menuntut ekspresi yang dramatis untuk menghidupkan karakter yang sering kali lucu dan penuh emosi. Anak-anak diajarkan untuk menyampaikan berbagai perasaan, seperti marah, sedih, gembira, atau terkejut, melalui ekspresi wajah yang berlebihan, yang merupakan ciri khas ludruk. Selain itu, mereka belajar mengatur nada suara untuk menciptakan suasana, apakah itu riang atau serius. Bahasa tubuh juga sangat ditekankan, karena setiap gerakan memperkuat karakter yang mereka perankan, membantu penonton memahami emosi dan maksud karakter.

Ekspresi Diri dan Kreativitas dalam Berkisah

Melalui ludruk, anak-anak diberikan kebebasan untuk menambahkan improvisasi dalam dialog atau gerakan mereka, yang melatih kreativitas mereka dalam menyampaikan cerita. Mereka belajar bagaimana menggambarkan karakter dari sudut pandang pribadi mereka sendiri, yang memungkinkan mereka mengekspresikan ide-ide unik dan pandangan mereka tentang cerita. Kemampuan ini penting karena mengajarkan anak untuk merasa nyaman mengekspresikan pikiran mereka dengan cara yang menarik dan kreatif.

Dengan mengimplementasikan pembelajaran ludruk di sekolah dasar negeri Gunungsari memiliki potensi yang besar untuk mendidik anak-anak dalam seni dan keterampilan sosial. Namun, upaya ini tidak bebas dari berbagai tantangan yang perlu diatasi agar program berjalan efektif. seperti halnya sekolah dasar negeri Gunungsari memiliki kurikulum yang ketat dan banyak materi pembelajaran yang harus disampaikan. Menyisipkan waktu khusus untuk belajar ludruk bisa sulit, terutama jika prioritas utama adalah mata pelajaran inti seperti Matematika dan Bahasa Indonesia. Akibatnya, waktu yang tersedia untuk kegiatan seni sering kali sangat terbatas. jumlah pelatih ludruk yang terampil mungkin terbatas, terutama di daerah perkotaan atau di luar Jawa Timur. Hal ini dapat menjadi kendala besar, karena tanpa pelatih yang benar-benar memahami ludruk, pembelajaran yang efektif sulit dilakukan. tidak semua sekolah dapat menyediakan ruang untuk latihan, seperti aula atau panggung, serta kostum dan alat musik tradisional seperti gamelan. Di banyak sekolah dasar negeri Gunungsari, terutama yang memiliki keterbatasan dana, fasilitas semacam ini sulit untuk diwujudkan. Tanpa ruang dan fasilitas yang memadai, siswa tidak dapat merasakan pengalaman penuh dalam berlatih ludruk dan beberapa pihak sekolah atau orang tua mungkin kurang menyadari manfaat pendidikan seni ludruk bagi perkembangan anak. Hal ini dapat menghambat dukungan terhadap program, baik dalam bentuk waktu maupun anggaran, karena dianggap tidak sejalan dengan kebutuhan akademis anak.

Solusi untuk Mengatasi Tantangan

1. Mengintegrasikan Ludruk sebagai Program Ekstrakurikuler

   dengan mengimplementasikan pembelajaran ludruk di sekolah dasar negeri Gunungsari memiliki potensi yang besar untuk mendidik anak-anak dalam seni dan keterampilan sosial. Namun, upaya ini tidak bebas dari berbagai tantangan yang perlu diatasi agar program berjalan efektif. seperti halnya sekolah dasar negeri Gunungsari memiliki kurikulum yang ketat dan banyak materi pembelajaran yang harus disampaikan. Menyisipkan waktu khusus untuk belajar ludruk bisa sulit, terutama jika prioritas utama adalah mata pelajaran inti seperti Matematika dan Bahasa Indonesia. Akibatnya, waktu yang tersedia untuk kegiatan seni sering kali sangat terbatas. jumlah pelatih ludruk yang terampil mungkin terbatas, terutama di daerah perkotaan atau di luar Jawa Timur. Hal ini dapat menjadi kendala besar, karena tanpa pelatih yang benar-benar memahami ludruk, pembelajaran yang efektif sulit dilakukan. tidak semua sekolah dapat menyediakan ruang untuk latihan, seperti aula atau panggung, serta kostum dan alat musik tradisional seperti gamelan. Di banyak sekolah dasar negeri Gunungsari, terutama yang memiliki keterbatasan dana, fasilitas semacam ini sulit untuk diwujudkan. Tanpa ruang dan fasilitas yang memadai, siswa tidak dapat merasakan pengalaman penuh dalam berlatih ludruk dan beberapa pihak sekolah atau orang tua mungkin kurang menyadari manfaat pendidikan seni ludruk bagi perkembangan anak. Hal ini dapat menghambat dukungan terhadap program, baik dalam bentuk waktu maupun anggaran, karena dianggap tidak sejalan dengan kebutuhan akademis anak.

Untuk mengatasi kendala waktu, ludruk dapat diadakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler sehingga tidak mengganggu waktu belajar reguler. Program ekstrakurikuler ini dapat diadakan seminggu sekali dengan durasi yang cukup untuk pelatihan, sehingga anak-anak tetap mendapatkan kesempatan belajar tanpa mengorbankan mata pelajaran lain. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler ludruk juga dapat dijadwalkan di akhir pekan agar tidak bertabrakan dengan jadwal pelajaran di sekolah. Dengan cara ini, siswa dapat tetap fokus pada pelajaran mereka selama hari sekolah dan memiliki waktu yang cukup untuk berlatih ludruk di luar jam belajar. Dengan demikian, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan seni tradisional seperti ludruk tanpa harus mengorbankan pendidikan formal mereka. Dengan pengaturan jadwal yang baik, anak-anak dapat belajar dan berlatih ludruk secara seimbang. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan keterampilan seni tradisional tanpa merasa terbebani dengan tugas sekolah. Dengan adanya dukungan dan kesempatan yang cukup, diharapkan generasi muda dapat tetap melestarikan budaya ludruk dan tetap berprestasi dalam pendidikan formal mereka.

2. Kolaborasi dengan Komunitas Seni Lokal

   Melibatkan komunitas ludruk atau seniman lokal sebagai pelatih tamu di sekolah bisa menjadi solusi. Komunitas seni lokal biasanya memiliki anggota yang mahir dalam seni ludruk dan berpengalaman dalam mengajarkan keterampilan ini kepada anak-anak. Kolaborasi ini dapat membantu sekolah mengatasi kekurangan pelatih sambil melestarikan seni tradisional di komunitas sekitar. Selain itu, melibatkan komunitas ludruk juga dapat meningkatkan minat siswa terhadap seni tradisional dan budaya lokal. Dengan adanya pelatih tamu dari komunitas seni lokal, siswa dapat belajar secara langsung dari para ahli dan mengembangkan keterampilan mereka dalam seni ludruk. Hal ini juga dapat memperkuat hubungan antara sekolah dan komunitas, menciptakan kolaborasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan dalam melestarikan warisan budaya daerah.

3. Pemanfaatan Infrastruktur yang Ada dengan Kreatif

Jika tidak ada aula besar atau panggung, sekolah bisa menggunakan ruangan kelas yang dimodifikasi sebagai tempat latihan sementara. Untuk alat musik, jika pengadaan gamelan sulit, sekolah bisa mencari alternatif alat musik sederhana atau alat peraga untuk menggantikan peralatan tradisional sementara waktu. Hal ini juga mengajarkan anak-anak tentang improvisasi dan beradaptasi dengan kondisi yang ada. Selain itu, sekolah juga dapat mengadakan pertunjukan di luar ruangan, seperti lapangan atau halaman sekolah. Dengan cara ini, siswa dapat belajar untuk menghadapi berbagai situasi dan menggunakan kreativitas mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian, meskipun terbatasnya fasilitas, anak-anak tetap dapat belajar dan berkembang dalam bidang seni musik. Menggunakan alat musik sederhana atau alat peraga juga dapat memicu minat anak-anak dalam seni musik, karena mereka akan merasa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dengan adanya pertunjukan di luar ruangan, siswa juga dapat belajar tentang pengaturan panggung dan interaksi dengan penonton secara langsung. Dengan demikian, pendekatan ini tidak hanya mengajarkan keterampilan musik, tetapi juga nilai-nilai penting seperti kerjasama, kreativitas, dan kepercayaan diri.

4. Mengadakan Lokakarya atau Festival Seni Ludruk untuk Meningkatkan Kesadaran 

   Mengadakan festival seni yang menampilkan ludruk di sekolah atau lokakarya seni yang mengundang orang tua dan pihak sekolah dapat meningkatkan pemahaman tentang nilai positif ludruk. Dengan menunjukkan langsung manfaat dan keterampilan yang anak-anak dapatkan melalui ludruk, dukungan dari orang tua dan pihak sekolah diharapkan akan meningkat.

Dengan solusi tersebut, pembelajaran ludruk di sekolah dasar negeri Gunungsari bisa dijalankan lebih efektif. Langkah langkah ini tidak hanya akan memperkenalkan seni tradisional kepada generasi muda, tetapi juga membantu anak-anak mengembangkan kemampuan berekspresi, berkomunikasi, dan membangun keberanian di panggung, yang semuanya penting untuk perkembangan diri mereka. Dengan demikian, tidak hanya keahlian seni tradisional yang akan terjaga, tetapi juga potensi-potensi kreatif anak-anak akan semakin terasah. Melalui pembelajaran ludruk yang efektif, diharapkan generasi muda dapat tetap mencintai dan melestarikan budaya daerah mereka. Dengan demikian, nilai-nilai keberanian, kerja sama, dan kepercayaan diri juga akan terus terbentuk dan berkembang di kalangan anak-anak. Dengan demikian, generasi muda akan dapat memperkaya warisan budaya yang ada dan meneruskannya ke generasi selanjutnya. Selain itu, melalui pembelajaran ludruk, anak-anak juga dapat belajar untuk bekerja sama dalam sebuah tim dan membangun rasa percaya diri yang kuat. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi perkembangan pribadi mereka di masa depan, baik dalam karir maupun kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, investasi dalam pembelajaran seni tradisional seperti ludruk tidak hanya bermanfaat bagi budaya lokal, tetapi juga bagi pembentukan karakter generasi muda.

                                     

whatsapp-image-2024-12-26-at-07-20-50-6786240434777c79ca2432b2.jpeg
whatsapp-image-2024-12-26-at-07-20-50-6786240434777c79ca2432b2.jpeg
 

                                                                Foto Pementasan ludruk anak SDN Gunungsari                                            (Sumber: https://youtu.be/vpZpN1QRXe4?si=veDZeUxfrtqWnz6j )

 

 

Kesimpulan

Globalisasi dan kemajuan teknologi, kemampuan komunikasi dan ekspresi diri sangat penting bagi anak-anak untuk mendukung keberhasilan akademik, pengembangan kepribadian, dan pembentukan karakter. Sayangnya, kurikulum pendidikan seringkali terlalu berfokus pada aspek kognitif dan mengabaikan aspek sosial. Kesenian tradisional seperti ludruk, yang berasal dari Jawa Timur, dianggap memiliki potensi besar sebagai media pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan ekspresi diri pada anak-anak, terutama di tingkat sekolah dasar negeri Gunungsari. Ludruk tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana edukatif. Melalui pertunjukan yang menggabungkan humor, kritik sosial, dan ekspresi budaya, serta karakter seperti Panakawan yang menyampaikan pesan moral dengan cara yang lucu, ludruk membantu anak-anak belajar mengekspresikan emosi, bekerja sama, serta meningkatkan kemampuan komunikasi non-verbal dan kepercayaan diri. Oleh karena itu, memasukkan ludruk dalam kurikulum dasar bisa menjadi solusi untuk meningkatkan keterampilan komunikasi sekaligus melestarikan budaya lokal.

Meskipun ada tantangan seperti keterbatasan waktu dan fasilitas, ludruk bisa diajarkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler dengan bekerja sama dengan komunitas seni lokal. Dengan demikian, ludruk dapat menjadi media efektif untuk melestarikan budaya serta mendidik anak-anak agar lebih berempati, kreatif, dan percaya diri dalam kehidupan sehari-hari.

Saran

Untuk mengoptimalkan penerapan ludruk di sekolah dasar Negeri Gunungsari perlu mengeksplorasi berbagai aspek penggunaan ludruk dalam pendidikan, seperti efektivitasnya di berbagai jenjang pendidikan dan mata pelajaran melalui metode bermain peran yang terintegrasi dengan pendidikan pelajar pancasila. Dalam proses pembelajaran bermain peran ludruk mampu  memberikan dampak positif terhadap peningkatan prestasi akademik anak di sekolah dasar. Melalui integrasi elemen budaya lokal seperti ludruk, siswa tidak hanya lebih termotivasi untuk belajar tetapi juga dapat mengembangkan kreativitas dan keterampilan sosial mereka. Oleh karena itu, disarankan agar pihak sekolah dan pendidik mempertimbangkan untuk mengadopsi metode pembelajaran berbasis seni tradisional ini sebagai bagian dari kurikulum merdeka. Hal ini tidak hanya akan memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga melestarikan budaya lokal yang berharga.

Namun, untuk mengoptimalkan manfaat ludruk dalam pembelajaran, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk guru, sekolah, dan orang tua. Guru perlu diberikan pelatihan untuk menguasai teknik-teknik dasar ludruk agar mampu mengimplementasikannya secara efektif di kelas. Sekolah juga perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, seperti ruang pertunjukan dan alat-alat pendukung. Selain itu, orang tua dapat dilibatkan dalam mendukung kegiatan ini melalui penguatan belajar di rumah. Dengan kolaborasi yang baik, ludruk dapat menjadi inovasi pendidikan yang tidak hanya melestarikan budaya lokal, tetapi juga meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar. Dengan dukungan dari pemerintah dan lembaga pendidikan, inovasi ini dapat dioptimalkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan berbudaya, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia secara keseluruhan.

Refrensi

Andriany, L. (2023). East Java Ludruk: Pragmatic Learning. 11(1), 133--142.

Darawati, M. A., & Theresia, I. (2019). Implementasi Pelatihan Ludruk Anak Dalam Upaya Menumbuhkan Motivasi Pelestarian Kesenian Daerah Di Sanggar Medang Taruno Budoyo Surabaya. Jurnal Pendidikan Untuk Semua, Vol. 3, 37--44. https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpls/index

Fahmi, A., 1, H., Triyanto, T., & Lestari, W. (2021). Aesthetic Symbols of Travesty in Ludruk Karya Budaya. Catharsis: Journal of Arts Education, 10(2), 181--186. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chatarsis

Hargianto, D., & Sariyatun, S. W. (2016). MENINGKATKAN APRESIASI SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL Oleh: Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini telah memungkinkan masyarakat dunia hidup dalam era informasi global . Proses penyebaran komunikasi dan informasi yang cepat , menyebabkan. Jurnal CANDI, 14(2), 42--59.

Hawa Masnuatul. (2017). 9. Teori Sastra-compressed. Teori Sastra, 1, 1--139. file:///C:/Users/USER/Downloads/9. Teori Sastra-compressed.pdf

Luckiyanti, R., & Sulistyo, E. T. (n.d.). Proceeding of 2nd International Conference of Arts Language And Culture NILAI MORAL PADA PEMENTASAN LUDRUK JOKO SAMBANG PENDEKAR GUNUNG GANGSIR SEBAGAI MEDIA PENINGKATAN KECERDASAN MORAL PADA ANAK. 611--620.

Nusantara, W., Wulandari, A. J., Widodo, R. A., Rahayu, S., Pendidikan, J., Sekolah, L., & Surabaya, U. N. (2022). Kegiatan Pendidikan Non Formal Dalam Pembinaan. 05, 325--333.

Ongko. (2022). Gondang: Jurnal Seni dan Budaya PREOPERATIONAL COGNITIVE AGE CHILDREN APPRECIATION. 6(1), 75--87.

Prasetia Nugroho, A. N. (2023). Ludruk Arts-Based Historical Learning Innovation as An Improvement of Character Education and Student Learning Resources. Jurnal Historica, 7(1), 14. https://doi.org/10.19184/jh.v7i1.39361

Prawoto, E. C., & Pramulia, P. (2020). Fungsi Kidung Jula Juli Ludruk Jawa Timur. ARBITRER: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(1), 203--212. https://doi.org/10.30598/arbitrervol2no1hlm203-212

Riski, A. (2023). Program studi Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni. 1(1), 64--77.

Sumiyani, H., Teater, S. T., Kesenian, W., & Surabaya, I. (2020). Collective Awareness in Ludruk Art in the City of Surabaya. Sembara Journal of Arts and Education Studies, 2(1), 1--9. https://doi.org/10.26740/sembadra.v2n1.p1

Suwandi, E. A. (2015). Gedung Pertunjukan Ludruk di Surabaya. EDimensi Arsitektur Petra, 3(2), 809--816. https://publication.petra.ac.id/index.php/teknik-arsitektur/article/view/9514

Syukur, E. P. (1985). Erik purnomo syukur.

Zed, M. (2004). Metode peneletian kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Rulianto, R. (2019). Pendidikan Sejarah Sebagai Penguat Pendidikan Karakter. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 4(2), 127--134. https://doi.org/10.23887/jiis.v4i2.16527

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun