Perjalanan pun diteruskan. Dan Desy mengomel panjang pendek karena tugas menghabiskan isi botol terbebankan sepenuhnya ke pundaknya.
“Awas ya. Kalau sampai besok aku kenapa-kenapa karena kebanyakan air, kamu tanggung jawab!”
Aku hanya ketawa.
Kami sampai di SPBU dengan cepat. Harus mengantre tiga motor di depan. Jeda waktu kumanfaatkan untuk membantu Desy minum. Tapi hingga motor tiba giliran, air belum habis. Petugas pom memegang selang dengan wajah lelah.
“Berapa?”
“Sepuluh ribu,” sahutku sambil sibuk minum.
Si petugas memencet tombol mesin dispensser, lalu membalik dan menatapku heran.
“Lah, dibuka dong sadelnya! Memang mau isiin ke mana?”
“Ini,” aku menggoyang botol yang masih sibuk kuminum.
“La ya mana? Malah asik diminum...!” si Mas mengomeliku sepertinya aku ini sepupu dia.
“Piye to? La kalau nggak diminum sampai habis kan nggak bisa buat nampung bensin.”