"Siapa yang nangis?" Nisa mengambil sehelai tisu di meja lalu ditempelkan di kedua matanya.
"Tuh kan gue bilang apa. Pasti lo bakal kangen sama gue."
"Iya iya." Kini giliran bawah lubang hidungnya yang dilap. Ada sedikit air yang keluar dari sana. "Makasih ya Kang udah mau jadi 'es jeruk' buat gue."
"Iya, sama-sama Dek." Fikar mengangguk.
"Di luar sana pasti masih banyak orang-orang yang akan menjadi 'es jeruk' buat lo. Ketika keluar dari zona nyaman, lo akan memasuki dunia luar yang lo nggak tahu bakal seperti apa. Justru saat itulah lo akan mengenal orang-orang baru dan orang-orang yang luar biasa. Gue yakin, lo pasti bisa menghadapinya." Terang Fikar.
"Iya, Kang. Doain aja ya." Pinta Nisa.
"Pasti." Fikar meminum habis minumannya.
"Tapi jangan cemburu ya."
"Cemburu?" Fikar tampak bingung.
"Di sana kan banyak cowoknya. Kayaknya aku bakal pilih salah satu deh." Nisa mulai berangan tak jelas sambil tersenyum sinis.
"Huh, mulai lagi nih anak!" Fikar mendengkus kesal. "Awas lo ya! Â Gue belum rela kalau lo pacaran."