"Jangan senyum-senyum sendiri. Ayo minum dulu." Suamiku sudah menyodorkan segelas minuman kepadaku.
"Terima kasih."
Bandara internasional terlihat lebih lengang, berbeda dengan penerbangan domestik. Setelah mengantar adikku cek in, aku dan suami bergegas ke luar. Cuaca malam ini sepertinya lebih gelap. Masih terlihat suasana syahdu selepas hujan. Aroma yang khas, setelah hujan.
"Bogor...bogor." Suara Bapak di depan itu sontak membuat suami beranjak dan menarik lenganku.
"Ayo, mumpung ada bus Damri sekarang kita pulang aja. Kalau gak sekarang nanti harus nunggu bus berikutnya."
Terus terang aku baru saja menikmati suasana malam. Namun akhirnya aku ikut berlari juga. Tepat saat kaki kananku menginjak anak tangga pertama pintu busnya, kaki kiri yang masih di bawah tiba-tiba terasa berat, terinjak seseorang.
"Jeprutttt..."
"Yaa...putus. Ayah?" Sontak aku berbalik dan melihat tali sendalku yang sudah copot.Â
"Sorry, gak sengaja sayang." Jawab suamiku sambil tersenyum ke arahku. Mukanya yang babyface membuatku ingin mencubitnya. Lihat saja, bagaimana kisah sendalku yang terulang lagi.
"Mohon maaf jadi naik Mbak sama Mas nya?" t
anya Pak kondektur.