STY sendiri memang mengakui jika ada alasan tersendiri dari mengapa ia selalu merombak sususan starter timnas yang mengedepankan hasil analisa terhadap lawan dan kondisi fisik para pemain yang mana positif untuk memberikan setiap pemain kesempatan dan juga mengurangi kinerja para pemain.
Namun, alangkah lebih baik memang starting eleven timnas sudah memiliki formula winning team yang pakem sehingga hanya sedikit perubahan saja yang dilakukan dan juga sebisa mungkin menempatkan setiap pemain dalam posisi terbaik mereka.
Hal terakhir yang mungkin bisa menjadi catatan adalah kita harus "sedikit" melonggarkan ekspektasi kita terhadap timnas yang memang baru saja mencatatkan penampilan pertama di Kualifikasi Ronde Ketiga Piala Dunia sepanjang sejarah dengan target realistis saat ini adalah finish di peringkat 3-4 di Grup C dan mempercepat laju Indonesia menuju ranking 100 besar FIFA.
Performa demi performa baik yang timnas tunjukan tidak boleh membuat kita jumawa karena masih banyak tim yang jauh lebih baik dan mapan dibanding timnas Indonesia saat ini seperti Timnas Jepang yang akan kita hadapi pada November nanti.
Lagi dan lagi, penulis mengingatkan PSSI untuk tidak berfokus di timnas saja namun juga dengan memperbaiki ekosistem sepakbola Indonesia secara keseluruhan seperti perbaikan dan peningkatan kualitas Liga di segala jenjang, pembinaan usia dini yang harus lebih dimasifkan lagi, perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana, serta penyempurnaan blueprint sepak bola Indonesia sesuai dengan perkembangan yang ada.
Sekali lagi, jika ekosistem sepak bola dalam negeri sudah semakin baik dan meningkat kualitasnya maka juga akan berdampak positif pada prestasi timnas Indonesia kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H