Para ahli, melalui rekonstruksi historis, menunjukkan kesepakatan terkait Paskah di kalangan jemaat Perdana yang terdiri atas dua model. Model pertama, yang pada akhirnya menjadi umum sampai sekarang, adalah merayakan Paskah pada hari minggu sesudah Paskah Yahudi. Fokus perayaan terletak pada peringatan akan kebangkitan Yesus yang menurut keempat pengarang Injil terjadi pada hari pertama dalam pekan itu. Itulah hari Minggu atau hari kebangkitan Tuhan. Ada kesaksian awal bahwa sejak abad ke dua jemaat Kristen sudah merayakan Paskah pada hari Minggu.
Model klasik lainnya dari perayaan Paskah berdasar pada kesaksian sumber-sumber abad ke dua yang berasal dari daerah Asia Kecil dan Suriah. Tradisi ini menekankan Paskah sebagai perayaan peringatan akan kematian Yesus. Pesta Paskah dirayakan pada saat yang bersamaan ketika orang Yahudi merayakan Paskah mereka, yakni pada malam hari tanggal 14 bulan Nisan menjelang tanggal 15 Nisan. Karena orang-orang Kristen ini merayakan Paskah pada tanggal 14 Nisan, maka mereka sering kali juga dijuluki kaum quartodeciman atau quartadecimaner (quartusdecimus: keempat belas). Ada pendapat umum yang mengatakan bahwa praktik ini sebenarnya merupakan bentuk tertua dari perayaan Paskah. Praktik ini telah dimulai pada masa-masa lebih awal ketika orang-orang Kristen Yahudi mengadaptasi atau mengambil alih perayaan Paskah Yahudi.Â
Seharusnya para quartodecimaner yang terikat pada tanggal 14 Nisan sebagai tanggal perayaan Paskah berorientasi pada penetapan tanggal Paskah Yahudi setiap tahun. Namun komunitas-komunitas lokal di Asia Kecil dan Kapadokia berusaha untuk menyelesaikan perhitungan perayaan Paskah dengan kalender-kalender lokal mereka. Hasilnya adalah bahwa di kalangan quartodecimaner sendiri terdapat perbedaan tentang tanggal perayaan Paskah. Mereka yang tinggal di Asia Kecil menetapkan perayaan pada hari ke 14 dari bulan Artemisios (bulan pertama musim semi dalam kalender mereka), yang sejajar dengan tanggal 6 April dalam perhitungan kita tentang tahun. Mereka yang tinggal di Kapadokia menetapkan perayaan Paskah pada hari ke 14 bulan Teireix (bulan pertama pada musim semi kalender mereka), yang sejajar dengan tanggal 25 Maret dalam penanggalan biasa.Â
Pada paruh pertama abad ke 2 timbullah pertikaian di kalangan jemaat Kristen tentang tanggal Paskah yang benar. Para uskup Romawi merayakan Paskah pada hari Minggu, hari kebangkitan Tuhan. Perayaan Paskah pada hari minggu diterapkan juga di jemaat Kristen Mesir dan Yerusalem. Sebaliknya, para uskup gereja-gereja wilayah Asia Kecil dan Suriah berpegang teguh pada tanggal perayaan Paskah menurut tradisi para quartodecimaner, yaitu pada tanggal 14 Nisan. Uskup Roma Viktor (190), yang merayakan Paskah pada hari Minggu, berusaha untuk membuat keseragaman perayaan Paskah di wilayahnya, tetapi juga di luar wilayahnya. Ia bahkan mengancam untuk mengekskomunikasi pada uskup Asia Kecil dan Suriah yang merayakan Paskah berdasarkan tradisi para quartodecimaner. Konsili Nicea (325) mengakhiri pertikaian tersebut. Konsili Nicea menetapkan hari minggu sebagai tanggal perayaan Paskah Kristen. Dengan demikian perayaan Paskah kristiani terutama menjadi pesta kebangkitan Tuhan.Â
c. Bentuk perayaan Paskah Jemaat Kristen Awal
Harus diingat bahwa kita hanya dapat merekonstruksi bentuk perayaan Paskah jemaat Kristen awal berdasarkan sumber-sumber terpercaya. Catatan tertua tentang perayaan Paskah jemaat Kristen awal direkonstruksi secara singkat dalam sumber awal yang disebut epistula apostolorum (surat para rasul), sekitar pertengahan abad ke 2 Masehi. Epistula Apostolorum menggambarkan perayaan Paskah quartodeciman. Paskah dirayakan pada malam hari dari tanggal 14 menuju 15 Nisan, dan fokus perayaan adalah peringatan kematian Yesus. Jemaat Kristen awal merayakan Paskah sebagai perayaan vigili atau malam untuk berjaga. Perayaan liturgis biasanya didahului dengan "puasa Paskah". Lamanya puasa paskah sangat bervariasi, mulai dari satu sampai enam hari.Â
Perayaan malam Paskah hanya terdiri dari satu ibadat yang berlangsung sampai tengah malam (akhir dari perjamuan Paskah Yahudi), dan diperluas sampai waktu ayam berkokok (pada pagi subuh). Perayaan Paskah ditutup dengan "agape" dan perayaan peringatan akan Kristus. Ungkapan ini menunjukkan bahwa perayaan Paskah mencakup juga Ekaristi atau lebih tepat perjamuan Ekaristi. Sumber di atas memberi kesaksian juga bagaimana jemaat Kristen awal berusaha untuk melepaskan diri dari perayaan Paskah Yahudi dan membentuk perayaan Paskah khas Kristen. Orang Kristen merayakan Paskah segera sesudah orang Yahudi selesai dengan perayaan Paskah mereka. Paskah beralih ke Pentakosta atau 50 hari masa kegembiraan.Â
 Sumber penting lainnya bagi perayaan Paskah jemaat Kristen pada sekitar abad kedua adalah kotbah Paskah dari Melito dari Sardis ( 190 Masehi) yang berjudul "Peri Pascha" [ ] ("Tentang Paskah"). Melito, seorang uskup dari Sardis (sebuah kota di wilayah Asia Kecil), diyakini menyampaikan khotbah ini dalam perayaan Paskah. Ia termasuk kelompok quartodecimaner. Karena itu, Peri Pascha bisa menggambarkan praksis perayaan Paskah para quartodecimaner pada zamannya.
Pada sekitar abad ke dua, paskah versi quartodecimaner mencakup apa yang kita kenal sekarang sebagai Jumat Agung dan Minggu Paskah. Paskah merupakan perayaan tunggal yang memperingati baik penderitaan maupun kebangkitan Yesus. Hal ini berakar pertama-tama pada tradisi liturgis orang Yahudi yang merayakan Paskah Yahudi sebagai sebuah perayaan tunggal. Selain itu, praksis quartodecimaner ini mendasarkan dirinya pada tradisi Injil Yohanes yang memberikan penekanan pada peristiwa penyaliban Yesus sebagai manifestasi kemuliaan Tuhan.Â
Perayaan Paskah dalam tradisi para quartodecimaner dapat direkonstruksi sebagai berikut: Elemen-elemen dasar perayaan paskah adalah puasa, vigili (berjaga), perayaan Paskah.Â
Puasa. Orang-orang Yahudi berpuasa sebelum perayaan Paskah. Mereka berpuasa dari sore hari sesudah upacara penyembelihan hewan korban sampai sebelum perayaan paskah. Dan tentu saja para quartodecimaner melanjutkan praktik tersebut. Mereka juga berpuasa sebelum perayaan Paskah. Ada tiga alasan bagi praktik puasa sebelum Paskah: 1) untuk mengambil bagian dalam derita Kristus; 2) berpuasa atas nama orang Yahudi selama perayaan pesta mereka; 3) untuk mempersiapkan diri mereka untuk menerima komuni pada pesta Paskah.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!