"Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Al-Qur'an, surat Ar Ruum ayat 41)
Bumi yang bulat dipenuhi air dengan daratan menyembul sebagai benua-benua mungkin memang membuat iri planet lain di tata surya. Lautan yang dalam, luas dan misterius adalah rumah bagi segala sesuatu yang memerlukan keahlian khusus untuk memahaminya.Â
Dari pegunungan tinggi dengan sungai-sungainya yang baik hati ia mendapat asupan segala sesuatu, mulai dari air tawar, kotoran binatang, hingga aneka jenis sampah.Â
Lautan menerima segala sesuatu yang dikirimkan kepadanya dengan rendah hati, termasuk pujian akan ombaknya, pantainya, segala makanan didalamnya dan biru warna airnya. Lautan membuat bumi terlihat biru nan indah di mata planet Mars, Venus dan mungkin Jupiter sang tetangga.
Kabarnya pada milyaran tahun silam para tetangga bumi di Tata Surya bergosip tentang begitu istimewanya ekosistem bumi sehingga diberi hadiah bernama manusia.Â
Mars yang panas, Jupiter yang penuh racun dan Venus yang biasa saja mungkin merasa Tuhan nggak adil. Ya ampun, masa iya hanya bumi yang diberi manusia si makhluk istimewa.Â
Seiring waktu, topik per-gosip-an si Tata Surya mulai berganti isu. Walaupun mungkin Mars merasa deg-degan karena manusia kok bisa sampai pada dirinya dan melakukan eksplorasi, Jupiter justru merasa bersyukur nggak diminati manusia sebagai bumi kedua.Â
Soalnya, makhluk bernama manusia yang dulu bikin iri kini bikin mereka bersyukur. Sudah lama bumi menangis karena dirinya dirusak oleh si manusia. Kalau dulu sih hanya gunung-gunung yang dibongkar dan tanah-tanah dicemari.Â
Tapi saat ini, gara-gara penemuan ajaib bernama plastik, lautan yang indah menjadi sasarannya. Bumi menangis karena penduduk lautan mulai jadi zombie gara-gara rantai makanan mendapat anggota batu bernama mikro-plastik.
"Ya ampun, Bumi! Bikin meletus saja beberapa gunungmu supaya si manusia sadar bahwa kamu terluka. Habisi saja mereka semua, biar punah!" si Jupiter ketus sembari mengelus-elus tubuh gemuknya.
"Sudah berapa banyak aku meledakkan gunung-gunungku yang cantik itu demi membela diriku? Yang terbaru kan Krakatau nan cantik aku buat luluh lantak," jawab Bumi dengan wajah masam.
"Masalahnya apa sih dengan makhluk kecil bernama manusia itu? Kok rese amat!" Mars mulai naik pitam, soalnya benda-benda kiriman manusia dari bumi sudah sampah juga ke beberapa lokasi dalam dirinya, entah mau apa mereka.
"Manusia kan merasa istimewa karena Tuhan kita menyayangi mereka. Jadi mereka sombong bukan kepalang! Bersihin sampah bekas makanan sendiri aja nggak bisa," keluh bumi semakin memelas.
"Puk-puk-puk! Apakah kamu nggak diciptakan dengan sistem yang bisa me-reset dirimu sendiri agar kembali seperti keadaan semula, yang bersih, murni dan alami? Itu lho, sebelum kedatangan manusia?" tanya Venus sang bijak.
"Bisa dong. Tapi kasihan manusia-manusia baik hati yang sudah bekerja keras menjagaku. Jika aku me-reset diriku makan bencana besar akan terjadi di mana-mana, dan mungkin aku akan memerah seketika dan menjadi semacam lautan darah. Kasihan juga para Nabi dan manusia pilihan Tuhan yang terlelap dalam kuburnya, bisa kualat aku!" jawab Bumi.
"Oh gitu ya?" para tetangga bumi di Tata Surya mengangguk bersama-sama, mengasihani bumi.
"Lalu, apa masalah terbesarmu saat ini? Apakah rasanya sangat sakit?" tanya Venus.
"Lihatlah lautku yang cantik. Ikan-ikan, penyu, hingga burung-burung mulai stress. Banyak yang menangis karena tubuh mereka penuh sampah plastik huhuhu. Ada juga yang lehernya terjerat sampai tubuhnya penyok nggak karuan. Lihatlah lantai samuderaku sudah mulai dipenuhi botol plastik berusia puluhan tahun huhuhu," sembari terisak, bumi menunjukkan lautnya dan hewan-hewan kecil yang menjerit-jerit kesakitan. Para tetangga Tata Surya ikut menangis karena bumi dalam kehancuran parah. Bumi semacam menderita kanker akibat virus jahat bernama manusia!
"Omong-omong, mengapa Tuhan kita diam saja menyaksikan kamu diperlakukan jahat oleh manusia yang mulia itu?" para tetangga Tata Surya berbisik-bisik penasaran, merasa keadilan harus ditegakkan di Tata Surya ini.
"Kata siapa Tuhan kita diam saja? Sembarangan kamu! Kerja Tuhan itu cerdas dan logis, lihat saja manusia sedang dihukum Tuhan dengan memakan mikro-plastik dari seafood yang mereka gemari itu hahaha. Nggak sadar mereka kalau sedang memakan racun," bumi tersenyum jahil, berharap manusia-manusia jahat punah karena perutnya dipenuhi plastik.