Mohon tunggu...
Dewi Wulan Angraeni
Dewi Wulan Angraeni Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

"Tidak ada akhir yang nyata. Itu hanya tempat di mana kamu menghentikan ceritanya." Frank Herbert

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi: Coaching untuk Supervisi Akademik

13 Desember 2022   20:26 Diperbarui: 13 Desember 2022   20:56 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Koneksi Antar Materi Modul 2.3

Coaching untuk Supervisi Akademik

 

Oleh: Dewi Wulan Angrani

CGPAngkatan 6 Kabupaten Majalengka

Kesimpulan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

Secara umum, Coaching merupakan proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, peran coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Selain coaching , metode pengembangan diri yang bisa dilakukan di sekolah adalah mentoring , konseling, fasilitasi dan training . Tentunya, terdapat perbedaan peran dan tujuan dalam setiap metode pengembangan diri tersebut.

Dalam konteks pendidikan, coaching merupakan komunikasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan murid. Pendidik sebagai pamong, menuntun murid agar murid dapat menemukan kekuatan dalam dirinya, memberdayakan potensi dirinya, dan tidak kehilangan arah serta tidak membahayakan dirinya. Hal itu selaeras  dengan Ki Hadjar Dewantara yang  menekankan bahwa pendidikan bertujuan 'menuntun' tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya, mencapai keselamatan dan kebagahiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Selain itu, dalam konteks pendidikan, coaching merupaan komunikasi guru dengan guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee (rekan sejawat) untuk menemukan kekuatan dirinya dalam melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Paradigma yang dapat  diterapkan untuk percakapan coaching adalah paradigm berpikir "Among", yaitu coach dan coachee adalah mitra belajar, komunikasi yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Paradigma berpikir "Among" ini  dapat melatih guru (coach) dalam menciptakan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran.

Untuk mengembangkan kompetensi guru agar dapat melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, maka coach perlu memiliki paradigma berpikir coaching, yaitu fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan.

Selain itu, dalam melakukan percakapan coaching, ketiga prinsip coaching perlu diperhatikan dalam rangka memberdayakan orang lain (coachee), yaitu prinsip kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi.

Agar coaching yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan dapat menggali potensi coachee, maka seorang coach perlu memahami, menerapkan, dan melatih kompetensi inti coaching secara terus menerus, yaitu kompetensi kehadiran penuh/ presence, mendengarkan aktif bebas dari asumsi, melabeli, dan asosiasi, dan mengajukan pertanyaan berbobot.

Masih dalam konteks pendidikan, paradigm berpikir coaching sangat diperlukan dalam melaksanakan supervise akademik. Supervisi akademik merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memastikan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik berpihak pada murid, dan untuk mengembangjan kompetensi diri pendidik.

Dalam supervisi akademik, supervisor (kepala sekolah, guru senior, rekan sejawat) dapat membangun percakapan yang memberdayakan potensi guru. dalam hal ini, terdapat empat percakapan yang dapat diterapkan, yaitu sebagai berikut.

  • Percakapan untuk perencanaan dilakukan sebelum coachee (teman sejawat) akan memulai/ terlibat dalam suatu kegiatan atau melakukan suatu tugas.
  • Percakapan untuk pemecahan masalah dilakukan saat coachee menghadapi masalah, merasa buntu, merasa tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, mengalami krisis, dan membutuhkan bantuan orang lain.
  • Percakapan untuk berefleksi dilakukan setelah ada aktivitas yang dilakukan oleh coachee atau setelah coachee menyelesaikan tugas, dan saat coachee sedang ingin merefleksikan diri
  • Percakapan untuk kalibrasi dilakukan saat coachee ingin melakukan swanilai kinerja/perkembangannya terhadap suatu standar/kriteria dan saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap standar/kriteria tersebut.  

Lebih lanjut, dalam melaksanakan coaching terdapat sebuah acuan umum atau alur percakapan coaching, yang dapat membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna, yaitu alur TIRTA berikut ini.

  • Tujuan umum. Pada alur ini, coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung
  • Identifikasi. Pada alur ini, coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi
  • Rencana aksi. Pada alur ini, coach mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat oleh coachee.
  • Tanggung jawab. Pada alur ini, coachee membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya.

Supervisi akademik tidak berhenti setelah supervisor melaksanakan observasi. Namun, supervisi merupakan sebuah siklus yang berkesinambungan, yang meliputi 3 tahap berikut ini.

  • Pra observasi. Pertemuan pra-observasi merupakan perckapan yang bertujuan untuk membangun kemitraan antara supervisor dan guru dalam mengembangkan kompetensi diri.
  • Observasi. Pada tahap ini, supervisor akan melaksanakan kunjungan kelas dan mengobservasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
  • Pasca observasi . Setelah melakukan observasi, supervisor melaksanakan percakapan dengan guru terkait hasil data observasi, menganilisi data, umpan balik, dan rencana pembembangan kompetensi yang akan dilakukan guru. Proses percakapan pasca observasi ini bersifat reflektif, dan bertujuan perbaikan ke depannya.

Sebagai sebuah siklus, supervise akademik tidak berhenti saat supervise selesai, namun supervisi dilaksanakan secara berkesinambungan. Supervisor melakukan proses tidak lanjut yng meliputi refleksi, perencanaan pengembangan diri, dan pengembangan proses pembelajaran. Dengan kata lain, hasil supervisi yang telah dilakukan merupakan pijakan untuk supervise akademik berikutnya.

Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah?

Ki Hadjar Dewantara yang  menekankan bahwa pendidikan bertujuan 'menuntun' tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya, mencapai keselamatan dan kebagahiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Peran saya sebagai coach di sekolah adalah menuntuh murid dalam menggali setiap potensi yang ada di dalam dirinya, dengan menerapkan paradigm berpikir coaching. Selain itu, peran yang sudah saya lakukan sebagai coach di sekolah adalah menuntun rekan sejawat untuk menemukan solusi yang sedang dihadapinya tentang murid, memperbaiki pembelajaran, dan mengembangkan kompensi dirinya.

Kaitan coaching untuk supervise akademik dengan materi pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian aktivitas pembelajaran dengan menyesuaikan proses pembelajaran di kelas sesuai kebutuhan belajar setiap individu murid. Kaitannya dengan coaching, guru dapat melakukan komunikasi pembelajaran yang dilakukan dengan  murid agar murid dapat menemukan kekuatan dalam dirinya, memberdayakan potensi dirinya melalui pembelajaran berdiferensiasi ini. Selain itu, guru juga dapat memberdayakan rekan sejawat melalui percakapan coaching untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelasnya.

Pembelajaran sosial dan emosional adalah pembelajaran yang dilakukan untuk dapat menumbuhkan keterampilan sosial dan emosional murid (kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab). Kaitannya dengan coaching, guru dapat melakukan komunikasi dengan murid agar murid dapat memberdayakan kekuatan dalam dirinya agar tidak kehilangan arah serta tidak membahayakan dirinya.

Selain itu, ketempilan sosial emosional (KSE) juga diperlukan bagi coach dan coachee ketika melaksanakan coaching. Seorang coach harus mampu mengendalikan dirinya, menghadirkan dirinya secara penuh, memberikan kesempatan coachee untuk berbicara dan menahan diri untuk tidak menyela pembicaraan, memiliki empati dan welas asih, berkomunikasi dengan baik dengan coachee, dan menuntun coachee membuat keputusan atau rencana yang akan dilakukannya.

Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran

Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun).

Coaching merupakan proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis. Melaui coaching, seorang coach dapat memfasilitasi peningkatan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Coaching sendiri bertujuan untuk menuntun coachee, agar dapat menemukan ide baru atau cara dalam mengatasi tantangan yang sedang dihadapinya, atau mencapai tujuan yang dikehendakinya. Hubungan yang dibangun antara coach dengan coaching adalah kemitraan, coach berperan menghantarkan melalui mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan, namun coachee lah yang membuat keputusan sendiri.

Sementara itu, supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas, dan untuk pengembangan kompetensi diri pendidik di sekolah. Dalam hal ini, pemimpin sekolah atau kepala sekolah berperan untuk melaksanakan supervisi akademik di sekolahnya.

Dengan demikian, supervisi akademik perlu dilaksanakan dengan paradigma berpikir coaching, agar guru/coachee terlibat aktif dalam proses supervisi, sehingga mendorong munculnya motivasi instrinsik untuk mengembangkan kompetensi diri dan mengembangkan proses pembelajaran yang berpihak pada murid.

Refleksi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

A. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

Materi pembelajaran yang saya peroleh dari modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik adalah pemahaman tentang konsep coaching, prinsip-prinsip coaching, kompetensi inti coaching, dan bagaimana melaksanakan supervisi akademik dengan paradigm berpikir coaching alur TIRTA.

Pengalaman yang baru saya peroleh adalah saya bisa melaksanakan latihan dan praktik coaching dengan rekan CGP pada ruang kolaborasi, menjadi coach dan coachee secara bergantian. Saya juga memperoleh pengalaman baru sebagai supervisor, coach dan coachee melaksanakan percakapan coaching pra-observasi, observasi dan pasca observasi.

Pada awalnya saya merasa bingung tentang konsep coaching ini, apalagi materi pada eksplorasi konsep sangat banyak. Saya khawatir tidak dapat memahaminya dengan baik. Namun, saya menjadi lebih termotivasi dan antusias agar memahami materi coaching ini dengan baik. Alhamdulilah, saya merasa lebih  tercerahkan setelah mendalami konsep coaching ini, dan senang karena bisa mempraktikan coaching dengan teman sejawat.

Hal yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dalam proses belajar adalah saya menjadi coach dan supervisor yang cukup baik dengan memperhatikan prinsip coaching dan keterampilan inti coaching. Saat ini, saya sudah dapat menhadirkan diri secara penuh untuk coachee, dan tidak terbawa suasana ketika coachee menyampaikan permasalahannya.

Hal yang perlu diperbaiki adalah mengajukan pertanyaan yang lebih berbobot kepada coachee, dan lebih memperbaiki alur TIRTA. Dengan demikian, saya tidak berpuas diri. Saya akan terus berlatih menjadi coach untuk murid dan rekan guru di sekolah.

B. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

Terkait dengan materi modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik, bahwa terjadi perubahan padadigma supervisi akademik dengan prinsip coaching. Yang menjadi pertanyaan, "Bagaimana supervise akademik tersebut dapat dilakukan di sekolah tempat saya mengajar?"

Selama ini, supervisi akademik yang dilaksanakan di sekolah belum dapat mengembangkan kompetensi diri saya secara optimal dan belum dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran. Supervisi akademik yang saya rasakan masih berupa sebuah rutinitas untuk menilai kinerja saja, dan saya merasa perlu melaksanakan kegiatan pembelajaran sebaik mungkin untuk mencapai kriteria yang diinginkan supervisor. Umpan balik yang diberikan pun berupa kekurangan-kekurangan yang harus saya perbaiki. Terkadang, saya merasa sedang dihakimi ketika pelaksanaan supervisi akademik tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, maka kepala sekolah perlu melaksanakan supervisi akademik yang dapat mengidentifikasi kebutuhan. pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan tepat. Oleh karena itu diperlukan paradima berpikir yang memberdayakan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah, salah satunya dengan paradigma berpikir coaching.

Yang menjadi tantangannya adalah bagaimana jika kepala sekolah belum memiliki pemahaman dan keterampilan coaching untuk supervise akademik? Untuk menjawab tantangan tersebut, alternatif pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut.

- Berbagi pemahaman dan pengalaman "coaching untuk supervise akademik" kepada komunitas praktisi "Cyber" yang saya rintis.

- Mempraktikan coaching dengan rekan sejawat untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang berpihak pada murid dan mengembangkan komperetnsi rekan sejawat.

C. Membuat keterhubungan

Sebelum mempelajari modul 2.3 ini, saya memaknai coaching sebagai aktivitas membimbing murid dan guru terhadap suatu keterampilan tertentu. Misalnya membimbing guru dalam mengoperasikan komputer, dan membimbing murid untuk kegiatan lomba.

Saya juga belum menjadi coach yang baik di sekolah, baik untuk murid maupun untuk rekan sejawat. Jika ada permasalahan pembelajaran yang terjadi pada murid dan rekan sejawat. Keterampilan inti coaching yang saya miliki adalah kehadiran penuh/ presence, walaupun belum maksimal. Sedangkan keterampilan mendengarkan aktif bebas dari asumsi, melabeli, dan asosiasi, dan mengajukan pertanyaan berbobot belum saya miliki. Dengan demikian, saya belum dapat menuntun murid dan rekan sejawat dalam menggali potensi untuk menemukan solusi masalahnya. Seringnya, saya memberikan masukan dan arahan kepada murid dan rekan sejawat.

Hal yang sudah saya lakukan terkait coacing adalah ketika rekan sejawat memiliki permasalahan dan ingin menemukan solusi atas permasalahan muridnya di kelas, dimana ada beberapa orang murid di kelasnya tidak mau menulis, tidak mau membaca, dan tidak bisa diam di kelas. Alhamdulilah, setelah melaksanakan coaching, guru dapat menemukan solusinya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Untuk saat ini, saya belum melaksanakan percakapan coaching dengan murid. Namun, setelah melihat coaching yang dilaksanakan oleh guru dengan murid melalui media sosial youtube, saya akan menerapkannya dengan murid di kelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun