Selain itu, dalam melakukan percakapan coaching, ketiga prinsip coaching perlu diperhatikan dalam rangka memberdayakan orang lain (coachee), yaitu prinsip kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi.
Agar coaching yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan dapat menggali potensi coachee, maka seorang coach perlu memahami, menerapkan, dan melatih kompetensi inti coaching secara terus menerus, yaitu kompetensi kehadiran penuh/ presence, mendengarkan aktif bebas dari asumsi, melabeli, dan asosiasi, dan mengajukan pertanyaan berbobot.
Masih dalam konteks pendidikan, paradigm berpikir coaching sangat diperlukan dalam melaksanakan supervise akademik. Supervisi akademik merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memastikan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik berpihak pada murid, dan untuk mengembangjan kompetensi diri pendidik.
Dalam supervisi akademik, supervisor (kepala sekolah, guru senior, rekan sejawat) dapat membangun percakapan yang memberdayakan potensi guru. dalam hal ini, terdapat empat percakapan yang dapat diterapkan, yaitu sebagai berikut.
- Percakapan untuk perencanaan dilakukan sebelum coachee (teman sejawat) akan memulai/ terlibat dalam suatu kegiatan atau melakukan suatu tugas.
- Percakapan untuk pemecahan masalah dilakukan saat coachee menghadapi masalah, merasa buntu, merasa tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, mengalami krisis, dan membutuhkan bantuan orang lain.
- Percakapan untuk berefleksi dilakukan setelah ada aktivitas yang dilakukan oleh coachee atau setelah coachee menyelesaikan tugas, dan saat coachee sedang ingin merefleksikan diri
- Percakapan untuk kalibrasi dilakukan saat coachee ingin melakukan swanilai kinerja/perkembangannya terhadap suatu standar/kriteria dan saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap standar/kriteria tersebut. Â
Lebih lanjut, dalam melaksanakan coaching terdapat sebuah acuan umum atau alur percakapan coaching, yang dapat membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna, yaitu alur TIRTA berikut ini.
- Tujuan umum. Pada alur ini, coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung
- Identifikasi. Pada alur ini, coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi
- Rencana aksi. Pada alur ini, coach mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat oleh coachee.
- Tanggung jawab. Pada alur ini, coachee membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya.
Supervisi akademik tidak berhenti setelah supervisor melaksanakan observasi. Namun, supervisi merupakan sebuah siklus yang berkesinambungan, yang meliputi 3 tahap berikut ini.
- Pra observasi. Pertemuan pra-observasi merupakan perckapan yang bertujuan untuk membangun kemitraan antara supervisor dan guru dalam mengembangkan kompetensi diri.
- Observasi. Pada tahap ini, supervisor akan melaksanakan kunjungan kelas dan mengobservasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
- Pasca observasi . Setelah melakukan observasi, supervisor melaksanakan percakapan dengan guru terkait hasil data observasi, menganilisi data, umpan balik, dan rencana pembembangan kompetensi yang akan dilakukan guru. Proses percakapan pasca observasi ini bersifat reflektif, dan bertujuan perbaikan ke depannya.
Sebagai sebuah siklus, supervise akademik tidak berhenti saat supervise selesai, namun supervisi dilaksanakan secara berkesinambungan. Supervisor melakukan proses tidak lanjut yng meliputi refleksi, perencanaan pengembangan diri, dan pengembangan proses pembelajaran. Dengan kata lain, hasil supervisi yang telah dilakukan merupakan pijakan untuk supervise akademik berikutnya.
Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah?
Ki Hadjar Dewantara yang  menekankan bahwa pendidikan bertujuan 'menuntun' tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya, mencapai keselamatan dan kebagahiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Peran saya sebagai coach di sekolah adalah menuntuh murid dalam menggali setiap potensi yang ada di dalam dirinya, dengan menerapkan paradigm berpikir coaching. Selain itu, peran yang sudah saya lakukan sebagai coach di sekolah adalah menuntun rekan sejawat untuk menemukan solusi yang sedang dihadapinya tentang murid, memperbaiki pembelajaran, dan mengembangkan kompensi dirinya.
Kaitan coaching untuk supervise akademik dengan materi pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi.