Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian aktivitas pembelajaran dengan menyesuaikan proses pembelajaran di kelas sesuai kebutuhan belajar setiap individu murid. Kaitannya dengan coaching, guru dapat melakukan komunikasi pembelajaran yang dilakukan dengan  murid agar murid dapat menemukan kekuatan dalam dirinya, memberdayakan potensi dirinya melalui pembelajaran berdiferensiasi ini. Selain itu, guru juga dapat memberdayakan rekan sejawat melalui percakapan coaching untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelasnya.
Pembelajaran sosial dan emosional adalah pembelajaran yang dilakukan untuk dapat menumbuhkan keterampilan sosial dan emosional murid (kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab). Kaitannya dengan coaching, guru dapat melakukan komunikasi dengan murid agar murid dapat memberdayakan kekuatan dalam dirinya agar tidak kehilangan arah serta tidak membahayakan dirinya.
Selain itu, ketempilan sosial emosional (KSE) juga diperlukan bagi coach dan coachee ketika melaksanakan coaching. Seorang coach harus mampu mengendalikan dirinya, menghadirkan dirinya secara penuh, memberikan kesempatan coachee untuk berbicara dan menahan diri untuk tidak menyela pembicaraan, memiliki empati dan welas asih, berkomunikasi dengan baik dengan coachee, dan menuntun coachee membuat keputusan atau rencana yang akan dilakukannya.
Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran
Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun).
Coaching merupakan proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis. Melaui coaching, seorang coach dapat memfasilitasi peningkatan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Coaching sendiri bertujuan untuk menuntun coachee, agar dapat menemukan ide baru atau cara dalam mengatasi tantangan yang sedang dihadapinya, atau mencapai tujuan yang dikehendakinya. Hubungan yang dibangun antara coach dengan coaching adalah kemitraan, coach berperan menghantarkan melalui mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan, namun coachee lah yang membuat keputusan sendiri.
Sementara itu, supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas, dan untuk pengembangan kompetensi diri pendidik di sekolah. Dalam hal ini, pemimpin sekolah atau kepala sekolah berperan untuk melaksanakan supervisi akademik di sekolahnya.
Dengan demikian, supervisi akademik perlu dilaksanakan dengan paradigma berpikir coaching, agar guru/coachee terlibat aktif dalam proses supervisi, sehingga mendorong munculnya motivasi instrinsik untuk mengembangkan kompetensi diri dan mengembangkan proses pembelajaran yang berpihak pada murid.
Refleksi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik
A. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar
Materi pembelajaran yang saya peroleh dari modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik adalah pemahaman tentang konsep coaching, prinsip-prinsip coaching, kompetensi inti coaching, dan bagaimana melaksanakan supervisi akademik dengan paradigm berpikir coaching alur TIRTA.