C. Membuat keterhubungan
Sebelum mempelajari modul 2.3 ini, saya memaknai coaching sebagai aktivitas membimbing murid dan guru terhadap suatu keterampilan tertentu. Misalnya membimbing guru dalam mengoperasikan komputer, dan membimbing murid untuk kegiatan lomba.
Saya juga belum menjadi coach yang baik di sekolah, baik untuk murid maupun untuk rekan sejawat. Jika ada permasalahan pembelajaran yang terjadi pada murid dan rekan sejawat. Keterampilan inti coaching yang saya miliki adalah kehadiran penuh/ presence, walaupun belum maksimal. Sedangkan keterampilan mendengarkan aktif bebas dari asumsi, melabeli, dan asosiasi, dan mengajukan pertanyaan berbobot belum saya miliki. Dengan demikian, saya belum dapat menuntun murid dan rekan sejawat dalam menggali potensi untuk menemukan solusi masalahnya. Seringnya, saya memberikan masukan dan arahan kepada murid dan rekan sejawat.
Hal yang sudah saya lakukan terkait coacing adalah ketika rekan sejawat memiliki permasalahan dan ingin menemukan solusi atas permasalahan muridnya di kelas, dimana ada beberapa orang murid di kelasnya tidak mau menulis, tidak mau membaca, dan tidak bisa diam di kelas. Alhamdulilah, setelah melaksanakan coaching, guru dapat menemukan solusinya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
Untuk saat ini, saya belum melaksanakan percakapan coaching dengan murid. Namun, setelah melihat coaching yang dilaksanakan oleh guru dengan murid melalui media sosial youtube, saya akan menerapkannya dengan murid di kelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H