Karena sulit memicingkan mata, Sawitri keluar dari kamar  mencari udara segar. Dia berjalan  sendirian mengintari istana. Pendengarannya yang tajam  bisa menangkap suara dari dalam istana, tidak jauh dari tempat dia berjalan. Kemudian Sawitri mendekat ke arah suara dan menempelkan telinga di dinding.
"Tugas kamu mengenyahkan lelaki tidak tahu diri itu, Patih."
"Baik, Paduka Raja, akan hamba laksanakan."
Sawitri terperanjat.
"Kangmas Jaya Kusuma dalam bahaya, apa yang harus aku lakukan?" batin Sawitri.
Dengan gontai Sawitri berjalan ke kamar, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sejak dipingit oleh Raja, dia tidak bisa keluar dari istana. Bahkan gerak-geriknya pun semua diawasi.
***
Jaya Kusuma berhasil mengamankan  beberapa  Kademangan yang banyak didatangi para begal dan perampok. Suasana mencekam di Kademangan sudah sirna, berganti rasa suka cita.
Jaya Kusuma dan lima temannya dielu-elukan penduduk. Sebagai rasa terima kasih, mereka diundang menghadiri pesta rakyat
Hajatan telah usai, Jaya Kusuma dan rombongan berjalan kaki di bawah sinar rembulan yang terang menuju padepokan.
Tiba-tiba datang puluhan pasukan berkuda mencegat.