"Dinda, bujuk putrimu agar mau melepas Jaya Kusuma!"
       "Sendiko dhawuh, Kakanda Raja."
       "Sawitri, ayo ikut ibu. Kita berbincang-bincang di keputren," ajak sang permaisuri lembut.
***
Sawitri duduk di pinggir kolam memandang bunga-bunga indah sembari memainkan air bening yang mengalir dengan kedua kakinya. Namun pikirannya tidak  di situ. Raut wajahnya terlihat  murung, karena sudah tujuh hari ini dia dilarang  mengikuti Latihan silat di padepokan Guru Sabdo Palon, yang terkenal sangat sakti.
Oleh Permaisuri, Sawitri diberi pelajaran cara merias dan merawat diri, karena dalam waktu dekat  beberapa putra raja akan berkunjung ke istana.
Tiba-tiba dia melihat pohon beringin di luar keputren bergoyang, Â seseorang berdiri di ranting pohon tua itu, memberi tanda agar dia keluar. Â Sawitri tahu betul kalau dia adalah Jaya Kusuma, kemudian dia beranjak, mendekati Dayang Kinanti.
"Mbok, nanti kalau kanjeng Ibu mencari,  katakan aku  tidur, karena kepalaku pusing sekali."
"Sendiko dhawuh, Ndoro Putri."
Sesudah mengunci kamar dan memberi selimut pada gulingnya, Sawitri melompat dari jendela kamar dan dengan lincah memanjat tembok tinggi keputren, kemudian berlari menuju pohon beringin tua.
       Jantungnya berdebar ketika melihat seorang pemuda menunggu di sana.