Dengan tergesa, Gilang menaiki tangga rumahnya menuju kamar.  Ada dokumen penting yang tertinggal, sehingga jam istirahat dia manfaatkan untuk pulang mengambil dokumen yang tadi malam dia pelajari. Ketika masuk kamar mata Gilang terbelalak  ketika ada seorang gadis sedang asyik menata kamarnya yang berantakan.
      "Hai apa yang kamu lakukan di sini?' tanya Gilang dengan suara keras, mengagetkan gadis itu.
      "Ma ... maaf, saya sedang  membersihkan kamar."
      "Siapa yang suruh?" gertak Gilang, membuat gadis yang di depannya ketakutan.
      "M ... mak Atun," jawab gadis itu terbata-bata.
      "Dengar ya! Jangan sekali kali kamu masuk lagi ke kamarku, paham?" ucap Gilang masih dengan suara keras, gadis itu mengangguk.
      Melihat wajah gadis cantik yang kelihatan ketakutan tidak membuat Gilang iba, tetapi malah membuatnya semakin jengkel dan muak.
      "Sekarang, keluar!" usirnya.
Mendengar kata-kata kasar dari Gilang, gadis itu terperangah, dan langsung melangkahkan kaki keluar dari kamar dengan kepala menunduk. Gilang segara masuk kamar dan membanting pintu dengan penuh emosi.
Sejak putus dengan Yolana, Gilang menjadi sangat benci dengan yang namanya wanita. Gadis yang sangat dicintainya itu menghianatinya, berpaling pada pria lain. Semakin menguatkan dugaannya bahwa setiap perempuan cantik itu "matre".Â