"Tentu," jawab Latifa. Gilang termangu, "Tentu gadis itu sakit hati . Bagaimana cara meminta maaf ya?" pikirnya.
      "Mak Atun, nanti jam 8, ke atas ya? Aku pengin dipijit," kata Gilang pada Mak Atun, sesudah selesai makan.
      "Siap Mas Gilang" jawab Mak Atun.
Meski sudah tua pijitan Mak Atun masih mantap. Mak Atunlah yang mengurusi semua kebutuhan ibu, Gilang dan Gendhis ketika ibunya sakit. Ayahnya hanya datang memberi uang, Gilang tidak pernah mempedulikan ayahnya yang tega menyakiti ibunya. Apalagi kini dia sudah bekerja di perusahaan yang memberi gaji besar, membuatnya merasa tidak butuh pada sang ayah.
      "Mak, siapakah gadis yang tinggal di rumah kita?" tanya Gilang.
      "Maksud Mas Gilang, Non Latifa?"
      "Namanya Latifa Mak? Dia itu siapa?"
"Dia guru MTs dan TPA Mas, guru les bahasa Inggris dan ngaji Mbak Gendhis. Pak Harjito yang membawa Mbak Latifa. Mbak Gendhis cocok sekali dengan dia, sejak ada Mbak Latifa, Mbak Gendhis ceria dan rajin belajar," cerita Mak Atun.
"Tadi dia saya usir dari kamar, entah mengapa saya paling benci sama cewek cantik, jadi ingat Yolana. Apakah dia marah padaku? Aku menyesal, pengin minta maaf."
      "Mbak Latifa anaknya baik kok Mas, dia enggak bakalan marah."
      "Betul mbok?" tanya Gilang sesak di dadanya perlahan mereda.