***
Dengan langkah ringan Gilang memasuki rumahnya sesudah salat subuh  berjamaah di masjid. Dia menghentikan langkah ketika sayup-sayup terdengar lantunan  merdu ayat suci Al-Qur'an.
"Tentu suara Latifa," pikirnya. Gadis yang telah menyadarkannya itu kembali membuat dadanya seperti disiram air sejuk. Tiba-tiba dia berkeinginan untuk berolahraga, tidak tidur lagi seperti kebiasaanya apabila libur.
Gilang berlari kecil menyusuri jalan yang masih sepi.Udara terasa segar, sesegar hati dan tubuhnya pagi ini. Dengan ringan kakinya terus berlari, hingga peluh membasahi wajah dan tubuhnya yang tegap dan atletis. Meski sejak putus dari Yolana hobinya olah raga sempat berhenti. Matahari mulai menyingsing ketika di memasuki pintu gerbang. Matanya tertuju pada bunga-bunga adenium yang bermekaran indah beraneka warna. Dan di tengah bunga itu, ada seorang gadis cantik dengan kerudung warna coral, wajah kuning langsat tanpa polesan bedak tampak bercahaya.
"Selamat pagi Latifa," sapa Gilang ragu. Gadis yang disapa tercengang tapi senyumnya mengembang membalas senyum cowok ganteng yang tiba-tiba ada di depannya.
      "Se ... selamat pagi Mas Gilang"
      "Bunganya cantik-cantik banget seperti yang merawat," ucap Gilang membuat Latifa tersipu. Benarkah ini Gilang yang kemarin mengusir? Pikirnya.
"Latifa, terima kasih kamu telah menolongku untuk kembali pada Allah. Mushaf yang kamu temukan itu, dari almahum mama, ada pesan mama yg sudah lama aku tinggalkan," kata Gilang.
      "Alhamdulillah," ucap Latifa.
      "Maukah kamu memaafkan aku atas sikapku kemarin?" tanya Gilang.
      "Iya, Mas. Mak Atun cerita, bahwa sebetulya Mas Gilang itu baik."