Mohon tunggu...
widyastuti jati
widyastuti jati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Salatiga

mengagumi keindahan alam dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bunga Cinta Bersemi Lagi

6 Februari 2023   08:55 Diperbarui: 6 Februari 2023   09:30 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia ingat almahum mamanya yang menjadi sakit-sakitan, ketika mengetahui papanya selingkuh dengan perempuan cantik. Mamanya sudah berusaha menyadarkan papanya, tetapi tidak digubris. Demi perempuan cantik, papanya meninggalkan keluarga. Papa tidak peduli lagi pada sang mama yang sakit keras dan akhirnya meninggal. Inilah yang membuat Gilang sangat membenci  perempuan  cantik, seperti yang tadi dia lihat di kamarnya.

Latifa dengan tergesa-gesa turun dari tangga, dadanya sangat sesak. Baru kali ini dia digertak  oleh seorang lelaki, ayahnya saja tidak pernah berkata kasar padanya, tapi Gilang? Kakak dari Gendhis, gadis kelas tujuh yang menjadi murid les bahasa Inggris dan mengaji ini mengapa begitu kasar?

Atas permintaan ayah Gendhis, Pak Harjita yang dia kenal ketika tanpa sengaja mobilnya  menyerempetnya saat dia naik motor berangkat mengajar sebagai guru honorer  di MTs. Mengetahui rumah Latifa yang jauh, Pak Harjita menawarinya untuk tinggal di rumahnya yang dekat dengan sekolah tempat dia mengajar. Pak Harjita meminta dia untuk menemani dan memberi les pada putrinya. Latifa menyetujui, dan dia tinggal di rumah yang besar dengan halaman yang luas bersama Mak Atun, Gendhis dan Gilang . Mak Atun dan Gendhis menyambut gembira kedatangannya. Dalam waktu singkat mereka sangat akrab. Namun Gilang sangat cuek  dan menampakkan sikap yang tidak bersahabat. Meski satu rumah, Gilang tidak pernah bergabung dengan ketiga wanita itu, dia lebih banyak menghabiskan waktu di lantai dua. Bahkan untuk makan saja dia minta Mak Atun membawakan ke atas.

Hari ini Latifa mengajar hanya sampai jam 11, karena sudah tidak ada pekerjaan dia pulang ke rumah Pak Harjita. Sore nanti dia sudah mulai mengajar TPA di masjid dekat rumah. Seusai membantu Mak Atun memasak, makan siang dan salat dhuhur latifa meminta pekerjaan pada Mak Atun.

            "Apa yang harus saya kerjakan lagi, Mak?" tanya Latifa.

            "Sudah enggak ada kerjaan lagi Non, sudah mak selesain semua, tinggal menyiram bunga tapi nanti sore, tapi ...."

            "Gimana Mak? Atau saya seterikakan pakaiannya?" kata Latifa yang masih menunggu Mak Atun yang sedang menyeterika pakaian.

            "Nggak usah Non, ow ya mungkin bisa menata kamar Mas Gilang, tadi pagi mak lupa merapikan."

            "Oke Mak, siaap."

 Latifa  langsung menapakkan kaki menuju lantai dua dan menata kamar Gilang yang cukup besar dan bagus, interiornya bertema industrial. Dindingnya berwarna gelap dan dipenuhi furniture dari logam dan kayu dengan berbagai dekorasi dan tampilannya maskulin. Sayangnya sangat berantakan. Latifa merapikan bedcover, bantal guling dan sprei, pakaian-pakain yang berserakan di lantai dan tempat tidur. Kaos kaki serta sepatu yang berserakanpun dia rapikan. Latifa menemukan mushaf Al-Qur'an yang terjepit antara meja dan dinding. Diambilnya benda suci itu kemudian dia letakkan di atas meja yang penuh dengan kertas-kertas. Namun dia tidak berani merapikan kertas-kertas itu, karena kemungkinan dokumen penting. Ketika Latifa membersihkan kolong tempat tidur, dia menemukan pigura. Diambilnya benda itu,  ada foto gadis cantik yang berambut pendek . Gadis cantik itu tersenyum sangat menawan, matanya indah, hidungnya bangir dan bibirnya sensual,

"Tentu pacar Gilang," pikirnya  tersenyum  "sungguh serasi, Gilang pria yang ganteng dan pasangannya cantik sekali". Ketika baru mengagumi wajah cantik itu, tiba-tiba Gilang muncul dan marah-marah bahkan mengusirnya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun