Mohon tunggu...
Bunda Widya
Bunda Widya Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan

Pensiunan. Bergabung di Kompasiana 10 Mei 2013. Nenek seorang Cucu, penggemar setia Timnas Garuda dan Manchester United.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Kasih Tak Sampai] Selamat Malam Widyasari

5 Desember 2020   16:26 Diperbarui: 5 Desember 2020   17:09 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto Pixabay

Keputusan ini kuambil tanpa setetespun air mata jatuh dari kelopak mataku. Aku sendiri tidak mengerti mengapa aku demikian tabah. Apalagi jika kuingat hampir 12 tahun aku membina cinta dengan Indra. 

Rasanya seperti mimpi ternyata harus berakhir seperti ini. Kadang-kadang kesedihan melilit hatiku ketika aku ingat peristiwa-peristiwa manis dan indah bersama Indra. 

Ketika ia pertama kali menciumku. Bagiku saat itu adalah ciuman pertama. Demikian indah dan manis. Kini aku hanya bisa tersenyum pahit. Papa dan Mama sangat terkejut mendengar berita itu sebab sebelumnya aku tidak pernah memberitahu putusnya hubungan pertunanganku dengan Indra. Setelah mereka tahu, sudah tentu mereka sangat prihatin atas kejadian yang menimpa diriku.

Bulan ini tepat hari jadiku yang ke-28. Sebuah ucapan ulang tahun dari Papa telah membuatku termenung. Ucapan tulus yang mampu melelehkan titik air mata di pipiku. 

Papa berpesan bahwa aku harus mulai lagi memikirkan kehidupan pribadiku. Aku seharusnya tidak menutup diri. Papa ingin agar aku menikah sebelum Papa pensiun. Apa lagi adikku yang lain, Ratna telah pula mendahuluiku. Kurasakan kehangatan pelukan Papa malam itu.

Aku baru tersadar dari lamunanku. Semua yang terjadi itu adalah peristiwa empat tahun yang lalu. Namun rasanya seperti baru terjadi kemarin sore. Begitu cepatnya waktu berlalu. 

Ketika salah seorang teman kantorku mengingatkanku bahwa jam kantor hampir usai maka kulihat jam ditanganku. Pukul 14.00 kurang 15 menit. Ini berarti tidak sampai setengah jam aku dapat menghadirkan kembali dengan utuh peristiwa yang terjadi empat tahun yang lalu. 

Sementara itu tinggal 15 menit lagi jam kantor segera usai. Maka kubereskan buku-buku, kertas kerja, alat-alat tulis yang berserakan di atas mejaku. Aku segera berkemas untuk pulang  sebab aku khawatir Papa menunggu terlalu lama. 

Benar saja di lobi itu ada Papa sudah menungguku. Dan seperti biasanya aku dan Papa selalu bersama-sama baik pergi maupun pulang dari kantor. Kini aku sudah tidak bekerja lagi di Bogor tapi pindah ke tempat dimana Papa bekerja. Sekaligus kini aku kembali berada di tengah-tengah keluarga. 

Di tengah-tengah tentramnya sapa lembut Papa dan Mama. Kembali berada  di kota dimana masa laluku terawat rapi namun kini tinggal puing yang mustahil bisa dibangun kembali.

Pulang dari kantor seperti biasa  aku langsung merebahkan diri walaupun tidak sampai tidur. Walaupun begitu kepala ini masih terasa pusing. Tapi kupaksakan untuk bangun sebab aku ingat ini malam Minggu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun