Mohon tunggu...
Endah Manganti
Endah Manganti Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, Copy Writer, Influencer, Public Relation

Saya seorang Penulis, Copy Writer, Influencer, Public Relation yang terlahir dari Mama yang berasal dari Suku Ondae Poso, Sulawesi Tengah campur Banjar, Kalimantan Selatan dan Papa yang asli Sunda, Jawa Barat. Saya hobi menulis dan senang mendeskripsikan hampir semua perasaan, pengalaman dan apapun yang saya lihat. Saya juga senang dan suka menulis Cerpen. Salam dan bravo selalu ONDAE!!! Ohya skefo, saya pernah selama hampir 20 tahun menjalani profesi sebagai Jurnalis di koran lokal, majalah komunitas dan terakhir di Harian Bisnis Indonesia. Terima kasih!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Life is a Choice

3 Agustus 2023   11:02 Diperbarui: 3 Agustus 2023   11:07 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Wagimin Harjowiyono

Pemilihan judul tulisan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan buku karya sahabat saya, seorang motivator hebat, Parlindungan Marpaung (Bang Parlin) berjudul "Life is Choice" yang jadi best seller. Banyak cerita inspiratif berupa kisah nyata yang ditulis dalam buku tersebut, penuh hikmah dan menggugah jiwa.  

Kesan dan inspirasi tulisan ini muncul ketika saya menghadiri seminar bisnis, di mana sang motivator  dan sekaligus trainer bisnis yang sukses mengawali pembukaan training dengan mengatakan bahwa "Hidup adalah ibarat satu huruf di antara huruf B dan D. B adalah Birth (kelahiran) dan D adalah Death (kematian). Di antara huruf B dan D ada huruf C, yaitu choice (pilihan)". Jadi hidup adalah pilihan.

Saya coba renungkan dengan mendalam kata-kata trainer tersebut, ternyata apa yang dikatakannya cukup mengena dan sesuai dengan realitas kehidupan yang kita hadapi. Bahwa hidup adalah memilih di antara banyak pilihan dan pilihan kita amat menentukan kualitas hidup dan kehidupan kita untuk saat ini maupun di masa mendatang.

Permasalahannya adalah, bagaimana kita bisa memilih secara tepat di antara banyak pilihan tersebut, karena salah dalam memilih pilihan hidup memiliki risiko tinggi dan sulit diperbaiki.

Beda dengan memilih jawaban pertanyaan ganda pada ujian di sekolah atau kuliah yang apabila pilihannya kurang tepat, kesalahannya bisa diperbaiki dengan ujian remedial.

Sebuah pepatah  bijak mengatakan, "Hidupmu saat ini adalah hasil keputusanmu atau pilihanmu lima tahun atau puluhan tahun sebelumnya".

Jadi jangan pernah menyesali kondisi yg kita alami saat ini karena semua yang terjadi merupakan hasil pilihan kita di masa lalu.

Juga jangan salahkan siapa pun dan meratapinya karena hasil yang kita tuai adalah sesuai dengan apa yang kita kita tanam sebelumnya.

Menggelayut pikiran saya mengingat kenangan puluhan tahun silam ketika harus memilih di antara dua pilihan, yaitu melanjutkan kuliah atau bekerja.

Adalah cita-cita saya sejak kecil ingin jadi dosen. Maka selepas SMA, Alhamdulillah saya diberi kelancaran bisa  melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda. Saya pikir pilihan saya tersebut tepat dan akan mengantarkan cita-cita menjadi dosen sebagai profesi hidup saya. Tapi ternyata baru menginjak semester dua, saya dihadapkan pada pilihan sulit karena bersamaan itu ada pengumuman dari perusahaan BUMN, di mana saya dinyatakan lulus test yang saya ikuti sekitar 6 bulan sebelumnya.

Saat itu saya mengalami kegamangan, antara menuruti ambisi untuk meneruskan kuliah agar bisa jadi dosen atau bekerja, namun setelah istikharah, saya putuskan berhenti kuliah dan memilih bekerja.

Saya mendapat insight bahwa kuliah masih banyak kesempatan, sementara untuk bekerja kesempatan tidak selalu ada. Jadi, menjadi pegawai adalah pilihan saya, maka saya harus siap menerima segala risiko dan konsekuensinya.

Hanya Manusia yang Diberikan Pilihan

Sekelumit kisah di atas hanyalah sebagian kecil dari kisah perjalanan hidup setiap individu ketika harus mengambil pilihan hidupnya.

Kita bersyukur kepada Allah bahwa ternyata hanya manusia yang diberikan keleluasaan hak untuk memilih, sedangkan makhluk lain tidak memiliki pilihan, dia hanya bisa menerima apa adanya sesuai kodrat yang ditakdirkan untuknya, taken for granted.

Sebagian orang menyikapi banyaknya pilihan membuatnya bingung, seperti ketika seseorang yang masuk ke sebuah toko pakaian dihadapkan dengan aneka merek dan mode.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan hidup yang bila kita tidak mengerti tujuan hidup dan kehidupan, kita akan dibuat bingung.

Seseorang yang terbangun di pagi hari karena kumandang adzan subuh atau bunyi alarm, dia boleh memilih bangun ambil wudhu lalu menuju masjid untuk sholat subuh berjamaah (bagi yang muslim).  Atau ia memilih matikan alarm, tarik selimut dan melanjutkan tidur lagi.

Begitu pula dalam soal makanan, saat ini ada begitu banyak makanan dan minuman yang  lezat-lezat dan menggiurkan yang bisa memanjakan lidah tapi sebenarnya bukan makanan sehat yang bila sering dikonsumsi akan berdampak buruk bagi kesehatan dan ada pula makanan sehat tapi tidak enak dan lezat di lidah.  

Silakan kita pilih yang mana. Makanan enak tapi tidak sehat atau makanan sehat tapi tidak enak.

Ada terlalu banyak contoh dalam kehidupan ini yang menunjukkan bahwa pada dasarnya kita selalu dihadapkan pada banyak pilihan dan kita hanya boleh memilih satu pilihan. Lalu bagaimana agar kita tidak salah memilih, sehingga pilihan kita adalah pilihan yang tepat dan terbaik?

Memilih Harus Pakai Ilmu

Saya ingin mengajak kita semua mengingat kenangan ketika masih sekolah atau kuliah atau test menjadi pegawai.

Dalam setiap ujian kita selalu dihadapkan dua jenis ujian, yaitu ujian berbentuk essay (jawabannya berbentuk uraian) dan ujian multiple choice (pilihan ganda). Ujian essay mengandung kebenaran relatif  karena penjelasannya bisa panjang atau pendek, sangat subjektif. Namun untuk jawaban multiple choise, kebenarannya adalah mutlak, bila salah pilih kita tidak mendapat nilai atau bahkan bisa mengurangi nilai.

Dalam ujian tersebut, bila kita melihat dari kacamata seorang guru, ada murid atau mahasiswa atau peserta test, katakan si A  yang begitu cekatan menjawab sehingga bisa menyelesaikan soal lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Namun tidak sedikit yang terlihat gelisah, katakan si B, yang untuk menjawabnya harus memandang ke atas dan kiri kanan, seolah mencari inspirasi yang ujung-ujungnya untuk menjawab pilihan berganda tersebut dengan menghitung kancing baju alias spekulasi.

Mengapa si A begitu mudah bisa menyelesaikan soal pilihan berganda sedangkan si B terlihat begitu sulit mengambil pilihan? Jawabannya sudah bisa ditebak karena si A telah mempersiapkan diri sebelum ujian dengan belajar serius, sehingga dia yakin bisa memilih pilihan yang benar dan tepat. Sedangkan si B terlihat  bingung karena kurang mempersiapkan diri dan tidak belajar dengan serius, sehingga jawabannya adalah asal jawab. Hasil jawaban si A dijamin lebih akurat dan benar sedangkan jawaban si B kecil kemungkinan nilainya bisa melewati passing grade.

Demikianlah konsekuensi mengambil pilihan yang tidak dilandasi ilmu. Jadi kunci untuk bisa mengambil pilihan yang benar dan tepat adalah dengan ilmu. Pilihan yang tidak dilandasi ilmu sifatnya spekulatif dan cenderung keliru atau menyimpang.

Setiap Pilihan Ada Konsekuensinya

Sebuah pepatah lama mengatakan, "Siapa berani makan nangka, hendaknya  siap kena getahnya. Siapa berani bermain api siap terbakar. Siapa berani bermain wanita.............silakan teruskan sendiri...he..he".

Intinya bahwa setiap pilihan ada konsekuensinya.  Begitu sudah kita pilih, maka terimalah konsekuensi dari pilihan tersebut.

Ketika masih bujang atau jomblo, kita bebas memilih calon pasangan sesuai kriteria yang kita buat. Namun bila pasangan yang kita pilih ternyata tidak sesuai harapan, entah sifatnya yang keras kepala, boros, kurang peduli, tidak pandai masak, dan sebagainya, maka terimalah kekurangannya untuk diperbaiki karena istri adalah hasil pilihan kita sendiri, tak perlu disesali.

Ada orang-orang yang workaholic, bekerja siang malam tak kenal waktu karena  tuntutan pekerjaan yang tinggi, kejar target, dan dead line.

Pilihan tersebut berisiko tinggi terhadap kesehatannya. Maka jangan kaget bila suatu saat tubuhnya agak kekuning-kuningan dan setelah check up divonis terkena hepatitis B atau C, atau sakit  maag, atau typus karena over time, kelelahan dan tidak perhatikan asupan makanan. 

Demikian pula orang yang memilih suka merokok, baik rokok filter, kretek, atau elektronik, jangan menyesal  bila suatu saat dia atau keluarganya dinyatakan jantung koroner atau kanker paru akibat asap rokok yang ditimbulkannya. Karena perokok aktif maupun pasif memiliki potensi besar terkena dua penyakit tersebut.

Pertanyaannya adalah, mengapa begitu banyak pilihan, ada pilihan yang benar dan ada pilihan yang salah, tapi masih banyak manusia yang cenderung memilih pilihan yang salah yang berakibat merugikan diri sendiri dan atau orang lain, seperti kasus merokok. Apakah kurang ilmu?

Jawabannya sederhana, karena manusia di samping diberikan akal sehat, juga diberikan nafsu. Bila kekuatan hawa nafsu lebih dominan, manusia cenderung abai dan tidak peduli dengan bebagai aturan yang dianggapnya membelenggu kebebasannya sehingga melupakan akal sehat.

Hasil akhir dari setiap pilihan yang dilandasi hawa nafsu adalah kekecewaan dan penyesalan yang tidak berguna.

Ilustrasinya begini. Dalam suatu perjalanan ada dua bus untuk mengangkut penumpang. Bus A peraturannya ketat, antara lain kecepatan kendaraan dibatasi maksimal 80 km/jam, penumpang  harus memasang safety belt, tidak boleh komunikasi pakai HP, tidak boleh merokok, tidak boleh saling berbicara antara penumpang, konsumsi minuman keras, membawa binatang peliharaan dan sebagainya.

Pendek kata, banyak sekali aturannya. Ketika akan berangkat sang sopir mengajak seluruh penumpang berdo'a dan mengucapkan "Bismillah" ketika berangkat.

Sementara Bus B menawarkan kebebasan seluas-luasnya kepada para penumpangnya. Segala aturan di Bus A tidak diberlakukan di Bus B. Sebelum berangkat sang sopir berkata, "Saya mohon perhatian sejenak kepada para penumpang bahwa bus kita ini tidak ada aturannya, silakan berbuat sekehendak Anda di bus ini. Bagi yang tidak suka dengan kegaduhan dan ketidakteraturan, silakan pindah ke Bus A".

Dalam perjalanan, ada penumpang di Bus A yang gerah dengan aturan yang ketat, merasa terbelenggu dan ingin turun pindah ke Bus B. Demikian pula ada penumpang di Bus B yang tidak kuat kebisingan, kegaduhan dan bau asap rokok, jengah, minta turun pindah ke Bus A.

Sampailah kedua bus di ujung perjalanan melalui pendakian dan selanjutnya menurun melewati tikungan yang tajam dengan kecuraman yang dalam, apabila tidak berhati-hati mobil akan masuk ke jurang.

Berhentilah kedua bus tersebut. Sopir Bus A menoleh ke belakang dan berkata,"Saudara-saudara, kita berada di penghujung jalan, akan menurun dan jurang menganga di depan, diminta memasang dan mengencangkan sabuk pengaman, berdo'a, semoga di tikungan di bawah sana bisa kita lalui dengan selamat, Bismillah". Akhirnya Bus  A dan seluruh penumpang tiba dengan selamat.

Sopir Bus B juga menoleh ke belakang dan berkata, "Saudara-saudara tolong berhenti dulu sejenak dari kegaduhan. Ketahuilah bahwa kita di penghujung jalan, di bawah sana ada tikungan tajam. Seperti saya sampaikan, bus ini tidak ada aturannya, bebas melakukan apa saja. Jalan di bawah terjal dan jurang yang menganga, kalau saya tidak pintar-pintar mengendalikan kendaraan, bus akan jatuh ke jurang. Selain tidak ada aturan, bus ini remnya juga tidak pakem karena tidak pernah service". Mendengar penuturan sopir tersebut para penumpang gelisah dan marah pada sopir, "Mengapa kami tidak diberitahu sebelumnya, berarti kamu akan mencelakakan kami". Sang sopir menjawab, "Sudah dari awal saya sampaikan bahwa bus ini tidak ada aturannya, jadi jangan menuntut saya dan terimalah konsekuensinya karena kalian telah memilih bus ini sebagai kendaraan kalian". Akhirnya berjalanlah Bus B menuruni jalan dan saat melalui tikungan yang tajam mobil tidak bisa dikendalikan, maka binasalah Bus B beserta seluruh penumpangnya.

Itulah konsekuensi sebuah pilihan, berani memilih maka harus berani pula menanggung konsekuensinya. Semoga kita tidak pernah salah memilih, sebab penyesalan di akhir atas pilihan kita tidaklah berguna.

Dalam perspektif keimanan seorang muslim, Allah azza wa jalla juga telah memberikan pilihan kepada manusia berupa dua jalan, yaitu jalan fujur (kefasikan) dan jalan takwa (ketaatan) sebagaimana disebutkan dalam Alqur'an Surah As Sham ayat 8-10.

Jalan fujur adalah jalan yang serba boleh (free will). Manusia bebas melakukan apa saja, mau tidak sholat, tidak puasa, korupsi, suap, LGBT, minum khamar, makan babi, kumpul kebo, tak peduli halal haram, dan sebagainya, silakan saja. Pendek kata, semua aturan agama diterabas dan dilanggarnya.

Namun ingat, bahwa semua pelanggaran agama yang dilakukan di dunia pada akhirnya akan mengantarkan seseorang kepada kehidupan yang penuh siksa dan kesengsaraan di akhirat (neraka). Nasibnya akan seperti penumpang di Bus B.

Sebaliknya, jalan takwa adalah jalan yang penuh aturan dari Sang Khalik, berisi perintah dan larangan yang sangat ketat buat manusia. Manusia wajib beribadah, berzakat, bersedekah, berbakti kepada orang tua, memiliki akhlak yang baik dan sebagainya.

Juga diharuskan menjauhi sederet  larangan yang jumlahnya cukup banyak. Bila semua kewajiban agama dilaksanakan dengan ikhlas dan larangan ditinggalkan demi mengharap ridho Allah, dijamin akan memberikan kebahagiaan dunia dan kenikmatan di akhirat (surga). Nasibnya akan seperti penumpang di Bus A.

Pesan yang ingin disampaikan dalam tulisan pendek ini, bahwa manusia diberikan hak kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan ia tempuh dan dia harus siap untuk menerima konsekuensi dari pilihannya tersebut. Kita diberikan akal dan nafsu untuk memilih, maka gunakanlah akal sehat sebelum memilih karena pilihan itu sangat menentukan apakah kehidupan kita akan berakhir dengan husnul khatimah (akhir yang baik) atau suul khatimah (akhir yang buruk).

Semoga bermanfaat, terutama sebagai peringatan buat diri sendiri.

Jakarta, Ahad, 30 Juli 2023/12 Muharam 1445 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun