Memilih Harus Pakai Ilmu
Saya ingin mengajak kita semua mengingat kenangan ketika masih sekolah atau kuliah atau test menjadi pegawai.
Dalam setiap ujian kita selalu dihadapkan dua jenis ujian, yaitu ujian berbentuk essay (jawabannya berbentuk uraian) dan ujian multiple choice (pilihan ganda). Ujian essay mengandung kebenaran relatif  karena penjelasannya bisa panjang atau pendek, sangat subjektif. Namun untuk jawaban multiple choise, kebenarannya adalah mutlak, bila salah pilih kita tidak mendapat nilai atau bahkan bisa mengurangi nilai.
Dalam ujian tersebut, bila kita melihat dari kacamata seorang guru, ada murid atau mahasiswa atau peserta test, katakan si A Â yang begitu cekatan menjawab sehingga bisa menyelesaikan soal lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Namun tidak sedikit yang terlihat gelisah, katakan si B, yang untuk menjawabnya harus memandang ke atas dan kiri kanan, seolah mencari inspirasi yang ujung-ujungnya untuk menjawab pilihan berganda tersebut dengan menghitung kancing baju alias spekulasi.
Mengapa si A begitu mudah bisa menyelesaikan soal pilihan berganda sedangkan si B terlihat begitu sulit mengambil pilihan? Jawabannya sudah bisa ditebak karena si A telah mempersiapkan diri sebelum ujian dengan belajar serius, sehingga dia yakin bisa memilih pilihan yang benar dan tepat. Sedangkan si B terlihat  bingung karena kurang mempersiapkan diri dan tidak belajar dengan serius, sehingga jawabannya adalah asal jawab. Hasil jawaban si A dijamin lebih akurat dan benar sedangkan jawaban si B kecil kemungkinan nilainya bisa melewati passing grade.
Demikianlah konsekuensi mengambil pilihan yang tidak dilandasi ilmu. Jadi kunci untuk bisa mengambil pilihan yang benar dan tepat adalah dengan ilmu. Pilihan yang tidak dilandasi ilmu sifatnya spekulatif dan cenderung keliru atau menyimpang.
Setiap Pilihan Ada Konsekuensinya
Sebuah pepatah lama mengatakan, "Siapa berani makan nangka, hendaknya  siap kena getahnya. Siapa berani bermain api siap terbakar. Siapa berani bermain wanita.............silakan teruskan sendiri...he..he".
Intinya bahwa setiap pilihan ada konsekuensinya. Â Begitu sudah kita pilih, maka terimalah konsekuensi dari pilihan tersebut.
Ketika masih bujang atau jomblo, kita bebas memilih calon pasangan sesuai kriteria yang kita buat. Namun bila pasangan yang kita pilih ternyata tidak sesuai harapan, entah sifatnya yang keras kepala, boros, kurang peduli, tidak pandai masak, dan sebagainya, maka terimalah kekurangannya untuk diperbaiki karena istri adalah hasil pilihan kita sendiri, tak perlu disesali.
Ada orang-orang yang workaholic, bekerja siang malam tak kenal waktu karena  tuntutan pekerjaan yang tinggi, kejar target, dan dead line.