Mohon tunggu...
Widjaya Maladewi
Widjaya Maladewi Mohon Tunggu... -

Aktif menulis cerpen, cerbung dan novel di berbagai media

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

SI MISTERIUS

14 Desember 2011   02:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:20 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

satu sms lagi masuk, namun ia keburu terlelap. Menjelang sore Olive terbangun.

     Jgn lp bljr fis.
    
Uh, dilihatnya sms itu dengan mata masih ngantuk. Astaga, besok ulangan Fisika. Untung si….eh siapa tadi, Olive

mengingat-ingat, oh ya Dad mengingatkan.


      Akhirnyasampai malam Olive berkutat dengan bukunya. Rumus-rumus membingungkan yang harus dihafal diluar kepala, belum lagi

soal-soal yang sulitnya aujubilah. Olive menghabiskan malam panjangnya dengan mata merem melek menahan kantuk karena keinginan untuk mendapat nilai bagus.


      Esok harinya. Badannya terasa lemas dan kepalanya pusing tujuh keliling. Ia sarapan seadanya. Sekerat roti dan secangkir susu hangat.

     Seulas senyum menyambutnya di pintu kelas, saat ia masuk dengan tergesa-gesa. Olive tak begitu memperhatikan hal itu. Gadis itu sibuk mencari tempat duduk. Matanya jelalatan mengarah ke arah bagian belakang kelas. Wah di belakang sudah terisi semua. Ia kalah cepat dengan kunyuk-kunyuk yang sudah menyewa bangku-bangku bagian belakang itu seumur hidup. Maksudnya seumur hidup mereka di kelas itu. Mereka nyengir kuda melihat Olive celingukan mencari tempat duduk. Beberapa anak menunjuk bangku baris depan.

     Olive menghembuskan nafas berat.

     Hanya ada di baris depan! dumelnya kesal. Dengan tak henti-hentinya mengutuk, gadis itu mengambil duduk di sisi Edward, satu-satunya kursi yang kosong. Eh, tapi Edward murid terpandai di kelas, siapa tahu ia bisa mencontek, begitu harapannya.

     Namun harapan itu, hanya tinggal harapan. Ternyata Edward tidak memberinya kebebasan menyalin jawaban. Awas lu! Batin Olive meronta, menjerit, mendelik melihat soal yang baru satu ia kerjakan setelah berkutat setengah jam. Padahal masih ada dua soal lagi yang ada. Alhasil setengah jam berikutnya ia kebut. Kebut tanpa mengerem, walau ia sendiri tak pasti, apa benar jawaban yang ia tulis.

      Sekilas ia melihat kening Edward berkerut sambil melirik jawabannya. Wah ini pasti salah. Ia ngedumel panjang lebar di hati. Diamatinya lagi jawabannya. Duh ternyata rumusnya salah. Cepat-cepat ia merubah rumus, pantas dari tadi dihitung kagak ada jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun