Mohon tunggu...
Widjaya Maladewi
Widjaya Maladewi Mohon Tunggu... -

Aktif menulis cerpen, cerbung dan novel di berbagai media

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

SI MISTERIUS

14 Desember 2011   02:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:20 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Olive dag dig dug lagi. Hp nya berbunyi. Disambarnya dengan cepat. Si misterius lagi.


     Ulangannya bisa?


    Hanya kata itu yang dibacanya. Olive melemparnya dengan kesal. Selalu, selalu setiap pulang sekolah, hp nya berbunyi dan berisi pertanyaan-pertanyaan

yang biasa. Tetap orang yang sama, yang Olive tak tahu siapa dia. Tapi isi sms bukan kata-kata yang buruk, bukan pula sms iseng. Jelas orang ini mengenalnya,

tapi siapa? Batin Olive sibuk mereka-reka. Kenapa sih orang ini tidak to the point saja? Merepotkan aja, gerutunya.


     Setelah berganti baju, Olive memegang hp nya. Gadis itu menimbang-nimbang. Apa aku tanya langsung aja yach! Diputuskannya untuk membalas sms si misterius.

     Km siapa? Dipijatnya tombol-tombol hp dengan cepat. Tak berapa lama sudah ada balasan.


     Teman.

     Ya tahu, bego, omel Olive. Dipencetnya lagi dengan cepat. Jari-jari tangannya memang sudah terbiasa di tombol-tombol hp.


     Ya, siapa?Mang kita dah knl? Balasan sms juga tak kalah cepat.


     Dah.


     Sapa sh?


     Pnggl aku apa aja dh.


     Ok, apa aja, y cowk to cewk?


      Ada senyum simpul seseorang saat membaca sms tsb. Agak lama kemudian, hp Olive berbunyi lagi.

     Cwk.

      Ug, Olive gondok setengah mati. Cwk itu cowok atau cewek? Batinnya merutuk.

     Apa aja, km kok gt sh?

     Sori, aku cowok, km panggil aku Dad aja, jgn apa aja, g enak tuh.

     Hbs km g ngaku jg. Olive akhirnya tahu juga nama tuh cowok. Tapi siapa ya di kelas yang dipanggil Dad?

Olive sibuk menyebut-nyebut nama temannya. Yang ada Dad….duh kayaknya kok ga ada ya.


     Masak Mirdad? Jamal Mirdad, Olive tersenyum-senyum sendiri. Lelah mencari nama dad, gadis itu tertidur sambil memegang hp. Ada

satu sms lagi masuk, namun ia keburu terlelap. Menjelang sore Olive terbangun.

     Jgn lp bljr fis.
    
Uh, dilihatnya sms itu dengan mata masih ngantuk. Astaga, besok ulangan Fisika. Untung si….eh siapa tadi, Olive

mengingat-ingat, oh ya Dad mengingatkan.


      Akhirnyasampai malam Olive berkutat dengan bukunya. Rumus-rumus membingungkan yang harus dihafal diluar kepala, belum lagi

soal-soal yang sulitnya aujubilah. Olive menghabiskan malam panjangnya dengan mata merem melek menahan kantuk karena keinginan untuk mendapat nilai bagus.


      Esok harinya. Badannya terasa lemas dan kepalanya pusing tujuh keliling. Ia sarapan seadanya. Sekerat roti dan secangkir susu hangat.

     Seulas senyum menyambutnya di pintu kelas, saat ia masuk dengan tergesa-gesa. Olive tak begitu memperhatikan hal itu. Gadis itu sibuk mencari tempat duduk. Matanya jelalatan mengarah ke arah bagian belakang kelas. Wah di belakang sudah terisi semua. Ia kalah cepat dengan kunyuk-kunyuk yang sudah menyewa bangku-bangku bagian belakang itu seumur hidup. Maksudnya seumur hidup mereka di kelas itu. Mereka nyengir kuda melihat Olive celingukan mencari tempat duduk. Beberapa anak menunjuk bangku baris depan.

     Olive menghembuskan nafas berat.

     Hanya ada di baris depan! dumelnya kesal. Dengan tak henti-hentinya mengutuk, gadis itu mengambil duduk di sisi Edward, satu-satunya kursi yang kosong. Eh, tapi Edward murid terpandai di kelas, siapa tahu ia bisa mencontek, begitu harapannya.

     Namun harapan itu, hanya tinggal harapan. Ternyata Edward tidak memberinya kebebasan menyalin jawaban. Awas lu! Batin Olive meronta, menjerit, mendelik melihat soal yang baru satu ia kerjakan setelah berkutat setengah jam. Padahal masih ada dua soal lagi yang ada. Alhasil setengah jam berikutnya ia kebut. Kebut tanpa mengerem, walau ia sendiri tak pasti, apa benar jawaban yang ia tulis.

      Sekilas ia melihat kening Edward berkerut sambil melirik jawabannya. Wah ini pasti salah. Ia ngedumel panjang lebar di hati. Diamatinya lagi jawabannya. Duh ternyata rumusnya salah. Cepat-cepat ia merubah rumus, pantas dari tadi dihitung kagak ada jawabannya.


     Kurang lima menit.

     Olive menghapus peluh di keningnya. Wah, soal yang satu lagi belum selesai. Gadis itu panik, melihat kiri kanan, sebagian temannya juga masih berkutat dengan soal-soal yang sulitnya minta ampun. Duh lebih baik Olive disuruh berlari mengelilingi lapangan seratus kali dari pada harus menjawab soal yang cuma tiga, tapi membuat jantungnya memompa lebih keras berjuta-juta kali.


      Bel berbunyi membuat gadis itu tersentak kaget. Terdengar suara dengusan teman-temannya. Olive tetap mencoba menulis jawaban sebisa-bisanya di saat-saat terakhir. Dengan kecepatan penuh tentu saja, tanpa melihat ke kiri dan ke kanan.


     Edward menepuk punggungnya. Dengan enggan ia memberikan lembar jawabannya ke Edward, yang diteruskan ke depan. Suara-suara bising kemudian terdengar, masing-masing membahas soal-soal tadi. Olive terduduk lemas. Dari tiga soal, cuma satu yang dirasanya benar. Soal nomor dua fifty-fifty, antara benar dan tidak, nomor

tiga salah. Wah, pasti merah nilainya. Ia merutuk di hati.Sekilas matanya melirik Edward. Cowok pendiam berkaca mata minus tebal itu sibuk merapikan mejanya. Diamatinya Edward dari samping. Kaca mata setebal buku itu nangkring di hidungnya yang mancung. Seandainya Edward tidak berkaca mata, dia lumayan tampan. Cowok itu mempunyai mata teduh yang tersembunyi di balik kaca matanya. Garis rahangnya bagus, gaya potongan rambutnya juga up to date.


     Olive terkejut saat Edward berbalik menatapnya. Gadis itu pura-pura membetulkan rambutnya dengan jari jemari. Tanpa kata cowok itu berdiri dan keluar. Olive memandangnya sebal. Cowok itu dingin dan cuek, membuat harga dirinya terinjak-injak. Tidak pernah memandang sebelah matapun padanya, padahal ia kan termasuk cewek cantik di sekolah? Huh, Olive mendengus sebal.


      Kegeramannya menyeruak lagi, begitu memasuki kantin. Cowok bernama Edward berkaca mata tebal itu nangkring disana. Bibirnya yang monyong-monyong membuat Sandra terheran-heran.


      “Ada apa sih Ol, kok jutek amat.”


      Olive tak menjawab. Sandra mengangkat bahu dan memesan makanan.


      “Nih!” diberikannya pesanan Olive.


      Dengan kedua tangan penuh, satu memegang teh botol dan satunya memegang semangkok bakso, Olive mencari tempat duduk. Cuma ada satu tempat kosong, disamping si jutek Edward. Huh…dengan terpaksa Olive mendorong Sandra duduk disitu dan ia duduk disampingnya, sempit-sempitan tak apalah, batinnya sambil menggerutu.


      “Hai Ed..,” sapa Sandra melihat Edward. Tak urung membuat bibir Olive monyong lagi. Anehnya si Edward ini tersenyum ramah pada Sandra. Lho..lho.., Olive mengaduk-aduk baksonya dengan kesal, kuahnya sampai muncrat kemana-mana. Sandra menatapnya heran. Tapi gadis itu tak bertanya lebih lanjut.


      Tak berapa lama Edward pergi.


     “Lu kenapa sih Ol?” tanya Sandra kemudian.


      “Tuh si jutek itu, kesal aku sama dia.”


      “Memang ada apa dengan dia?”


      “Uh, ulangan tadi aku kan nggak bisa, eh malah ia nggak mau kasih contekan.”

     Olive menghabiskan bulatan bakso terakhir. Mulutnya monyong-monyong kepedasan.


      “Sudah tahu Edward begitu, kamu duduk disampingnya,” gerutu Sandra.


     “Habis aku tadi telat sih.” Dalam hati Olive menyesali Sandra yang tidak mencarikan tempat duduk untuknya. Sandra mengetahui isi hati sahabatnya.


     “Sorry Ol, tadi aku lupa,” katanya menyesal.

                                                                                              ******

     Ulangannya bisa?


      Nah lo, belum habis kekesalan Olive di sekolah, lebih memuncak lagi ketika dilihatnya sms di hp nya. Dibantingnya hp nya di kasur. Olive masih waras untuk tidak membanting hp nya di lantai. Bisa-bisa nggak dapat uang jajan kalau hp nya sampai rusak. Gadis itu tiduran sambil memandang langit-langit kamar.

     Sejenak kemudian dilihatnya hp nya lagi, lalu dibukanya. Rasa penasaran hadir lagi, mungkin ini si Edward itu, batinnya ge er. Olive berpikir keras. Ia harus menemukan siapa pengirim sms ini.


     Duh aku sebel deh! Akhirnya dengan enggan dibalasnya sms Dad.


     Mang napa?


     Tuh Edward pelit amat


     Mang km pinj apa?Ga dikash?


     Huh,g diksh contk.. Dad tersenyum


      Km g beljr?


      Bljr tp g bs

     Mau kuajari? Kena lu! Olive tersenyum simpul. Dicarinya kata yang tepat supaya ia bisa menemui Dad ini.


      Ya mau dong, tp crnya gmn, aq g th km. Lama Olive menunggu jawaban Dad.Pasti sibuk cari alasan, batinnya menggerutu. Sampai sore, Dad tak membalas smsnya,

Olive mulai jengkel. Dijalankannya timer di hp pada jam tertentu. Kalau sampai timer berbunyi Dad tak menghubunginya, jangan harap ia mau membalas smsnya lagi. Olive memejamkan matanya. Mengheningkan cipta sejenak mencari inspirasi apa yang akan dilakukannya seandainya benar si Dad ini Edward?!


     Bunyi kring mengagetkan Olive. Astaga! Ia ketiduran. Dicarinya hpnya, wah terjatuh di kolong. Hah,..bukan dering hp, lantas apa, suaranya kok keras amat. Tak lama didengarnya pintu diketuk. Olive berdiri dengan enggan. Bi Supi mengangguk-angguk seperti ranting pepohonan, di balik pintu.


      “Ada apa sih bii...?” tanyanya kesal. Orang lagi tidur juga.


      “Ada temannya diluar,Non.”


      “Siapa?”


      “Nggak tahu Non, Edad ato apa gitu.


      Olive terkikik geli. Edan kali!


      “Suruh tunggu deh, bi.” Olive menutup pintu. Digantinya baju tidurnya dengan kaos berlengan pendek dan celana bermuda. Ia mematut dirinya sebentar di cermin. Walau ia tak tahu siapa yang datang, ia kan harus tetap terlihat rapi. Lalu ia keluar. Di pintu ia terbengong sesaat.

     Edward! Nih si kutu buku ngapain kesini?

     Ditatap sedemikian rupa oleh Olive, Edward salah tingkah.


     “Ngapain ke sini?” tanya Olive sejurus kemudian.


      “Mmm mau main, jawab Edward kikuk.


      Olive bengong lagi. Kejadian siang taditerlintas di kepalanya. Si pelit ini, yang tidak mengijinkannya barang sejenak melihat kertas ulangannya. Huh, sekarang bilang

mau main, emang aku temanmu? Gerutunya.

      “Emang disini taman kanak-kanak apa? Kalau mau main di taman sana, sepak bola sama anak-anak kecil, bukan disini,” ujar Olive sewot.

     Edward melongo. Melihat wajah tak berdosa Edward, Olive agak menyesal juga setelah mengucapkan kata-kata kasar itu. Gadis itu duduk, terdiam, termangu, bingung, menyesal dan berbagai hal berkecamuk di benaknya. Edward juga tak kalah bengong, cowok itu terdiam beberapa lama.


     “Eh ka… kalau begitu aku pulang saja,” ujarnya kemudian. Olive memaki-maki dalam hati. Goblok lu Ol! Katanya mau diajari Fisika, kok “guru”nya lo bentak-bentak sih. Kesadarannya muncul tiba-tiba memenuhi kepalanya yang tadi sempat bleng.


      “Eh…jangan, katanya aku mau diajari fisika?”


     Edward terhenyak. “Kapan aku bilang?”


      Lho…lho..gantian Olive terhenyak. Jadi yang sms itu bukan dia? Lantas siapa?

      “Jadi bukan kamu yang sms?”


      “Sms apa?” wajah Edward terlihat tak berdosa. Pupus sudah! Olive menepuk jidatnya! Jadi bukan Edward! Olive merasa malu bukan kepalang. Jadi ia ke ge eran sendiri menganggap si Dad ini Edward? Lantas siapa sih, dia? Pertanyaan itu sebentar saja terhapus dalam benak Olive. Bodoh amat, mau si Dad, mau si Edward, mau siapa kek, yang penting sekarang aku punya guru. He..he Olive tersenyum senang. Akhirnya si pelit ini mau juga mengajarinya.


      So, hasil remidi fisika baru dibagikan. Olive tersenyum-senang senang. Matanya berbinar memandang Edward di sampingnya. Diberikannya hasil ulangannya pada Edward yang tersenyum melihat nilai yang tertera. Tak sia-sia, gumamnya pelan. Diliriknya gadis disampingnya dengan senyum dikulum.


      Dan Olive merasa surprise saat pulang siang itu, Dad menelponnya.


     "Hallo!"


      "Ulangannya bisa?"


      "Bisa dong!!! Olive!!" sahutnya bersemangat.


      Di ujung sana seseorang tersenyum, dengan binar di matanya.


     “Edward...!” seruan Mama mengagetkannya. Ia menutup hpnya dan bergegas keluar kamar.


     Olive termangu!!??


     Jadi!!!


                                                                                                                                 S E L E S A I

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun