Mohon tunggu...
Widjaya Maladewi
Widjaya Maladewi Mohon Tunggu... -

Aktif menulis cerpen, cerbung dan novel di berbagai media

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

SI MISTERIUS

14 Desember 2011   02:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:20 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


     Kurang lima menit.

     Olive menghapus peluh di keningnya. Wah, soal yang satu lagi belum selesai. Gadis itu panik, melihat kiri kanan, sebagian temannya juga masih berkutat dengan soal-soal yang sulitnya minta ampun. Duh lebih baik Olive disuruh berlari mengelilingi lapangan seratus kali dari pada harus menjawab soal yang cuma tiga, tapi membuat jantungnya memompa lebih keras berjuta-juta kali.


      Bel berbunyi membuat gadis itu tersentak kaget. Terdengar suara dengusan teman-temannya. Olive tetap mencoba menulis jawaban sebisa-bisanya di saat-saat terakhir. Dengan kecepatan penuh tentu saja, tanpa melihat ke kiri dan ke kanan.


     Edward menepuk punggungnya. Dengan enggan ia memberikan lembar jawabannya ke Edward, yang diteruskan ke depan. Suara-suara bising kemudian terdengar, masing-masing membahas soal-soal tadi. Olive terduduk lemas. Dari tiga soal, cuma satu yang dirasanya benar. Soal nomor dua fifty-fifty, antara benar dan tidak, nomor

tiga salah. Wah, pasti merah nilainya. Ia merutuk di hati.Sekilas matanya melirik Edward. Cowok pendiam berkaca mata minus tebal itu sibuk merapikan mejanya. Diamatinya Edward dari samping. Kaca mata setebal buku itu nangkring di hidungnya yang mancung. Seandainya Edward tidak berkaca mata, dia lumayan tampan. Cowok itu mempunyai mata teduh yang tersembunyi di balik kaca matanya. Garis rahangnya bagus, gaya potongan rambutnya juga up to date.


     Olive terkejut saat Edward berbalik menatapnya. Gadis itu pura-pura membetulkan rambutnya dengan jari jemari. Tanpa kata cowok itu berdiri dan keluar. Olive memandangnya sebal. Cowok itu dingin dan cuek, membuat harga dirinya terinjak-injak. Tidak pernah memandang sebelah matapun padanya, padahal ia kan termasuk cewek cantik di sekolah? Huh, Olive mendengus sebal.


      Kegeramannya menyeruak lagi, begitu memasuki kantin. Cowok bernama Edward berkaca mata tebal itu nangkring disana. Bibirnya yang monyong-monyong membuat Sandra terheran-heran.


      “Ada apa sih Ol, kok jutek amat.”


      Olive tak menjawab. Sandra mengangkat bahu dan memesan makanan.


      “Nih!” diberikannya pesanan Olive.


      Dengan kedua tangan penuh, satu memegang teh botol dan satunya memegang semangkok bakso, Olive mencari tempat duduk. Cuma ada satu tempat kosong, disamping si jutek Edward. Huh…dengan terpaksa Olive mendorong Sandra duduk disitu dan ia duduk disampingnya, sempit-sempitan tak apalah, batinnya sambil menggerutu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun