Mohon tunggu...
Widian Rienanda Ali
Widian Rienanda Ali Mohon Tunggu... Administrasi - Kuli Proyek

Andai mengangkasa tidak semudah berkhianat, pasti akan lebih banyak kisah kebaikan yang dapat ditorehkan dan dilaporkan kepada Tuhan untuk menunda datangnya kiamat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ketika Ilmuwan dan Sejarawan Ngobrol: Menjahit Ulang Kisah yang Terbengkalai

29 Agustus 2024   12:08 Diperbarui: 29 Agustus 2024   12:11 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Untuk memulai kembali dialog yang bermanfaat, baik sejarawan maupun ilmuwan perlu mengatasi beberapa keraguan. Sejarawan harus mengatasi ketakutan bahwa belajar dari dan menulis untuk ilmuwan akan mengorbankan independensi dan keunggulan kritis mereka sebagai akademisi. Ilmuwan, di sisi lain, perlu mengatasi ketakutan bahwa sejarah yang tidak didasarkan pada kisah kemenangan akan bersifat antagonistik terhadap sains. Kedua ketakutan ini berlebihan -- dan kontraproduktif. 

Para sarjana sejarah dan ilmuwan harus menyadari pentingnya bersatu dalam memperjuangkan tujuan bersama melawan kekuatan politik yang berusaha mendiskreditkan semua bentuk keahlian berbasis penelitian, baik ilmiah maupun historis.

Dialog antara sains dan sejarah dapat meningkatkan pemahaman publik tentang pandemi

Selain manfaat yang dapat diperoleh ilmuwan dan sejarawan dari memulai kembali dialog, masyarakat luas juga akan meraih keuntungan yang signifikan. Pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa baik ilmuwan maupun sejarawan belum sepenuhnya berhasil menjelaskan cara kerja sains kepada publik. Kontroversi yang intens mengenai interpretasi hasil empiris adalah suatu fitur yang melekat dalam proses ilmiah, bukan suatu kesalahan. 

Meskipun tidak ada otoritas pusat yang menentukan kebenaran mutlak, beberapa sumber informasi tetap lebih dapat diandalkan dibandingkan yang lain. Pandangan ilmiah dapat berkembang dengan cepat seiring percepatan penelitian.

Publik yang bingung mengharapkan ilmuwan untuk menyampaikan kebenaran abadi yang dapat memandu kebijakan dan perilaku selama pandemi. Namun, ketika kebenaran tersebut tampak berubah-ubah, kebingungan dan kekecewaan tidak dapat dihindari. Banyak ilmuwan tampaknya kesulitan untuk mendamaikan komitmen mereka terhadap kebenaran ilmiah yang tetap dengan kebutuhan akan kemajuan ilmiah, yang secara inheren membawa kebenaran-kebenaran tersebut di bawah pengawasan dan revisi. 

Dialog yang lebih baik antara sains dan sejarah dapat berkontribusi pada peningkatan pemahaman publik. Sejarawan dan ilmuwan perlu bekerja sama untuk menjelaskan bagaimana praktik ilmiah, meskipun terkadang rapuh dan kacau, telah mencapai keberhasilan yang luar biasa.

Baik ilmuwan maupun sejarawan memiliki komitmen mendalam terhadap penyelidikan empiris. Ilmuwan mungkin mengklaim bahwa mereka adalah ahli dalam memahami sains masa kini, sementara sejarawan mungkin berpendapat bahwa mereka adalah pakar dalam memahami sains masa lalu. Kedua belah pihak sering menganggap perspektif pihak lain tidak relevan. Namun, sains masa lalu dan masa kini memiliki pelajaran berharga yang dapat saling diajarkan. 

Sains masa lalu menunjukkan bahwa struktur saat ini bukanlah sesuatu yang tak terelakkan atau optimal, sementara sains masa kini menunjukkan bagaimana ide dan praktik baru muncul secara nyata. Mungkin ini adalah kesempatan untuk merefleksikan bagaimana sains dilakukan dengan ketelitian empiris yang sama yang dihadirkan oleh para sejarawan dan ilmuwan dalam bidang spesialisasi mereka. Ini berarti mencakup praktik sains masa lalu dan masa kini, di mana sejarawan dan ilmuwan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.

Ada beberapa tanda yang menggembirakan bahwa dialog semacam ini mulai muncul kembali: sejarawan yang menghabiskan waktu di laboratorium atau di lapangan serta di arsip dan perpustakaan; ilmuwan yang mencari informasi tentang bagaimana bidang mereka telah menghadapi tantangan di masa lalu sebagai panduan dalam menghadapi dilema intelektual dan etika saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun