Spesialisasi yang diperlukan dalam penelitian ilmiah dan tempo cepat dari sains kontemporer mungkin efisien, tetapi juga dapat menghasilkan miopia intelektual. Dalam lingkungan penelitian ilmiah yang kompetitif, pandangan yang terbatas terhadap lanskap yang dibentuk oleh ketersediaan dana, hubungan profesional, sumber daya kelembagaan, dan kebetulan, menjadi lebih umum dibandingkan dengan pandangan yang luas terhadap kebenaran.Â
Sejarah yang mendasari program penelitian menggarisbawahi jalur pengembangan yang berkelok-kelok: setiap artikel jurnal dimulai dengan tinjauan terhadap literatur yang relevan, yang sebagian besar baru, tetapi beberapa merentang kembali berabad-abad hingga tokoh-tokoh yang dihormati seperti Johannes Kepler atau Charles Darwin. Tinjauan singkat ini menghubungkan penelitian yang sedang dilakukan dengan lintasan penyelidikan masa lalu, seolah-olah memperpanjang kurva melalui titik data terbaru.
Sejarah sains tidak menggambarkan narasi linier yang mulus. Sebaliknya, sejarah ini dipenuhi dengan banyak kurva yang bercabang, beberapa berbelok pada sudut-sudut tak terduga, dan bahkan ada yang menghilang sama sekali.Â
Kami berpendapat bahwa pandangan sejarah ini, yang merupakan hasil dari penelitian yang tidak kalah telitinya dibandingkan dengan empirisme ilmuwan itu sendiri, sebenarnya lebih mencerminkan pengalaman nyata dari sebagian besar ilmuwan dalam kesehariannya.Â
Sejarah sains dapat memberikan pandangan yang lebih luas, membantu ilmuwan melihat gambaran yang lebih besar---memahami mengapa mereka mempelajari apa yang mereka pelajari, serta mempertimbangkan berbagai alternatif yang ada.
Bagaimana para sejarawan dapat memperoleh manfaat dari pembaruan komunikasi dengan ilmuwan? Seperti halnya ilmuwan, para sejarawan juga terpengaruh oleh spesialisasi dan tekanan untuk terus menerbitkan karya. Mereka sering kali terbawa arus mengejar topik penelitian yang sedang hangat dan mengabaikan aspek-aspek lain yang mungkin tak kalah penting. Menulis untuk khalayak ilmuwan akan memaksa para sejarawan sains untuk mengalihkan pandangan mereka dari tren sesaat dalam disiplin mereka dan melihat ke luar.Â
Ini juga akan mengharuskan mereka untuk membentuk narasi-narasi baru yang lebih inklusif. Menolak narasi teleologis, yang menggambarkan ilmu pengetahuan masa lalu sebagai perjalanan yang tak terelakkan menuju doktrin masa kini, adalah satu hal. Namun, menciptakan narasi alternatif yang menggambarkan drama nyata perkembangan sains, yang penuh dengan ketidakpastian dan jalur penelitian yang tidak dapat diprediksi, adalah tantangan tersendiri. Dengan beberapa pengecualian penting, banyak sejarawan sains sejauh ini telah menghindari tantangan ini.Â
Menulis untuk ilmuwan---apalagi untuk masyarakat umum---akan memaksa mereka untuk menghadapi tantangan ini. Tidak hanya dalam bentuk tulisan, beberapa kisah sejarah sains yang paling menarik dalam beberapa waktu terakhir disampaikan melalui serial televisi dan film, seperti Light Fantastic (2004) dan Black Holes: The Edge of All We Know (2020).
Sejarawan juga akan mendapat manfaat dari pemahaman yang lebih mendalam dan fleksibel tentang konsep yang paling mendasar bagi mereka: konteks. Konteks yang relevan untuk seorang sejarawan politik, misalnya, mungkin tidak sepenuhnya sesuai untuk seorang sejarawan sains.Â
Dialog yang lebih intensif dengan ilmuwan dapat meningkatkan kesadaran sejarawan tentang sifat kosmopolitan sains, baik di masa lalu maupun di masa kini. Geografi dan kronologi yang berbasis nasionalisme telah membentuk sebagian besar sejarah, termasuk sejarah sains. Sejak munculnya negara-bangsa pada abad ke-19, sebagian besar sejarawan telah menyesuaikan spesialisasi mereka dengan kerangka politik ini.Â
Namun, kerangka berpikir yang berpusat pada bangsa ini tidak sesuai untuk menggambarkan ide dan praktik ilmiah yang, pada hampir semua zaman, melampaui batas-batas budaya dan bahasa, bergerak ke segala arah.Â