Mohon tunggu...
Bambang Wibiono
Bambang Wibiono Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sarjana | Penulis Bebas | Pemerhati Sosial Politik

Alumnus Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Weton, Primbon, dan Lampu Merah

22 Juni 2020   12:27 Diperbarui: 23 Juni 2020   22:14 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Eh, ikut Mbah" Otong bergegas duduk dibelakang.

Sore itu jalanan pinggiran Kota Jogja sangat ramai. Pengendara speda motor bak laron yang keluar dari sarangnya karena pas dengan jam pulang kantor. Saling salip dan ngebut. Mungkin mereka mengejar waktu agar bisa sampai rumah sebelum gelap.

Mereka berdua berkeliling kota, ngalor ngidul ngetan ngulon tanpa tujuan jelas. Judulnya jalan-jalan sore. Tiba disebuah lampu merah sebuah perempatan yang tidak terlalu ramai.

Karena lampu merah di Kota Jogja biasanya lama, sedangkan menyala hijaunya lebih sebentar, biasanya menyebabkan pengendara buru-buru tancap gas sebelum terjebak lampu merah lagi. Karena tidak jarang bisa terjebak lebih dari sekali lampu merah.

"Eh, Mbah itu lampu sudah merah kenapa malah tarik gas?" tiba-tiba si Otong teriak dari belakang.

"Nanti kelamaan Tong" jawab si Mbah sambil tetap melajukan motornya tanpa peduli lampu lalu lintas.

Benar saja seketika ada suara klakson memekakan telinga dan mengagetkan. Brakkk!! Mbah Bejo dan Otong tersungkur. Di tengah rintihan menahan nyeri, terdengar teriakan dan makian orang yang melewati mereka. 

"Woiii kalau jalan liat-liat donk! Lampu merah di terabas aja!"

Sang pengendara yang menyerempet segera menghampiri.

"Mbah mboten nopo-nopo? Pangapurane yo Mbah" kata si penabrak dengan khawatir. (Mbah tidak apa-apa? Maaf ya Mbah).

"Oh ndak apa-apa, saya yang salah. Tolong bantu pinggirkan motor ini" kata si Mbah sambil sedikit meringis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun