Mohon tunggu...
Wiatmo Nugroho
Wiatmo Nugroho Mohon Tunggu... -

hamemayu hayuning Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pertemuan

27 September 2017   18:53 Diperbarui: 29 September 2017   05:24 3905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay/StockSnap

Anne, buatku ia sempurna, malah terlalu sempurna; pipi yang bersih, jidat yang sedikit menggembung, gigi yang rapi, dan bibir yang setengah basah. Terlalu sempurna, alasan yang pasti tidak diterima Ragi lagi, yang aku buat-buat saja. Hanya karena aku memikirkan yang lain, yaitu penulisku saja.

Aku mellihat Ragi yang gembira. Tampaknya ia mempunyai harap, bahwa pertemuanku dengan Anne, kurang lebih sama antara pertemuannya dengan laki-laki yang menarik hatinya, entah besok sore, atau minggu depan, yang aku harap semoga tidak terlalu lama.

Tetapi yang pasti ia tidak tahu kalau aku tidak mau memikirkan orang lain, tetapi hanya penulisku saja.

Di hari lain dia menuliskanku lagi, menarikku ke cerita yang lain. Cerita yang ditulisnya, lagi-lagi, seenak dirinya sendiri.

Aku diceritakan hidup di satu kota dengan sungai yang lebar. Rumah-rumah, bangunan-bangunan yang berjajar rapi, menjadi keseharianku, mengemudikan perahu dari rumah ke kota, atau ke pasar, atau ke bundaran, atau alun-alun.

Kota yang ramai. Orang-orang setengah berteriak ketika berbicara antar perahu, dengan keakraban, dengan kegembiraan, yang seakan-akan, memang hidup di kota itu harus gembira. Dan perahu hilir mudik, bergantian. Seringkali penumpang perahu adalah orang-orang pendatang, yang berwisata, menikmati sungai, dan bangunan di sekitarnya. Sekali lagi, semua orang terlihat suka, bahagia. Banyak tawa di sungai itu. Pembicaraan seolah-olah dengan gampang terjadi antara orang yang baru dikenal.    

"Broto, kamu longgar, kan? Mau menjemput penumpangku?"

"Hei, ada apa? Pulang lebih awal?" tanyaku membalas teriakan Simon.

"Mau tidak mau, aku harus bekerja setengah hari saja. Ada pertemuan keluarga istriku," Simon menjelaskan dan mendekatkan perahunya pada perahuku.

"Dia ini wisatawan. Rombongan tetapi tidak banyak. Temui Kania saja. Bilang, aku tidak bisa, mendadak ada pertemuan." Simon memberi penjelasan, membalas kebingunganku.

Dan sebentar kemudian aku sudah meluncur pelan ke tempat Kania di terminal perahu. Beberapa teman dengan perahunya berkumpul. Masing-masing sudah punya janji dengan agen masing-masing. Dari perahuku terlihat beberapa orang di tempat Kania. Dan aku mendekatkan perahuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun