Mohon tunggu...
Wiatmo Nugroho
Wiatmo Nugroho Mohon Tunggu... -

hamemayu hayuning Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pertemuan

27 September 2017   18:53 Diperbarui: 29 September 2017   05:24 3905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay/StockSnap

"Ayah belum pulang? Ibu?" aku menjawabnya dengan pertanyaan, masih dengan kegelisahan, kelaparan.

"Belum! Masih di pasar," kata Ragi maklum, tak mendapati buku yang diharapkannya.

"Nasi dicepatkan matang. Setelah matang, cari bukumu di tasku, dan taruh buku yang dulu di tas. Besok aku kembali ke kampus!" kataku, dan dibalas tiba-tibandengan teriakan gembira sembari memburu tasku di kamar. Ia lebih peduli pada buku daripada memasak makananku.

Akhirnya aku mencari-cari makanan sendiri, dan memasak sendiri setelah melacak di kompor, penggorengan dan panci sayur. Aku sibuk sendiri, semampuku, memasak dengan cara yang paling mudah dan cepat matang dengan wajah serius sekali karena lapar, meskipun sebagian sudah terobati oleh minuman teh di gelas besar berkuping yang disiapkan Ragian.

 "Bukumu masih dipinjam Anne," kata Ragian tiba-tiba sudah berada di dapur. Ia sudah menenteng buku yang terbuka di tangannya, membacanya, lupa dengan masakan.

"Ya, sudah," kataku tetap menggoreng tahu dan tempe, tidak terlalu peduli atau tidak tahu siapa Anne. Ragian sepertinya tidak peduli dengan jawabanku.

Kebingunganku oleh tahu dan tempe yang aku pikir matang sementara nasi belum, membuatku memilih minta bantuan Ragi.

"Ragi," kataku pelan dengan mata memelas melihat dia asyik membaca,. Karena itu ia menaruh buku di meja dapur dan membantuku mencari nasi, entah matang entah belum. Dan sebentar kemudian dia sudah mendapatkan sepiring nasi setelah mencicipnya. Aku benar-benar tak yakin ia telah mencicipi nasi yang matang atau hampir matang. Nasi mengepulkan asap di piring, seperti berebut cepat melarikan diri dari gunungan nasi di piring. Sigap tangan Ragi, mengambil cabe, garam, tomat  dan entah apa lagi. Seperti gerimis deras, penggorengan mengirim suara dari cabe dan tomat yang digorengnya.

Setelah sejenak melihat buku yang dibacanya, aku lebih senang mengudap tahu sembari minum teh yang tinggal separuh. Dan Ragian sebentar kemudian telah menggerus cabe tadi di cobek, membubuinya dan sebentar kemudian menaruh sambel itu ke gunung nasiku, berteman dengan tahu dan tempe.

Aku dan Ragian seperti berganti peran; ia kembali dengan buku dan aku dengan nasi, sambal dan tempe tahu.

"Si Anne minta bertemu, diskusi mengenai buku Kartini yang dipinjamnya," kata Ragi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun