“Aduh, kamu tidak pernah meluangkan waktu khusus, lho, buat aku. Nonton saja masih harus bawa tas gede begitu!” kata pacarnya, Rosi.
“Banyak pekerjaan. Belum selesai. Ayo cepat,” katanya ketika sedang makan sehabis menonton.
Hasto asyik menikmati makannya dengan diperhatikan oleh Rosi. Dan tiba-tiba ia kaget melihat Rosi, dan menanyakan kenapa dipandangi seperti itu.
“Sudah, ayo makan,” kata Hasto.
Di hari berikutnya, Hasto masuk kantor seperti biasa. Ia mengayuh sepedanya cepat-cepat, tergesa-gesa. Ia segera membuka berkas-berkas dan mengerjakan dengan komputernya. Sementara teman-temannya masuk dengan tergesa-gesa dan membicarakan hari Senin pasti sibuk sekali, jalan yang macet, dan segala hal yang sepertinya mendesak semua. Hasto mendengarkan mereka mengeluh dan seperti tak peduli. Ia tetap bekerja seperti biasa. Hingga jam makan siang pun ia masih seperti biasa hingga di telepon oleh Rosi, “Ingat, nanti sore jam setengah tujuh sudah di sana ya!”
Dan Hasto membalas, ”Kok, menonton lagi? Kita kan hanya sekali menonton seminggu, di hari Senin!”
Rosi membalasnya, “Ya, memang Cuma sekali. Sampai ketemu nanti, ya. Cium sayang!”
Hasto bingung sebentar dan melanjutkan makan siangnya tak peduli dengan kata-kata Rosi.
“Ayo, cepat! Meeting!” kata temannya.
“Ha? Meeting? Hari Selasa kok meeting?” kata Hasto.
“Bangun, To! Ayo meeting!” kata temannya, sambil mencubit pipinya. Dan satu per satu, mereka meninggalkannya.