"Sayuran yang keren itu nggak perlu lama-lama, May. Nanti hilang zat gizinya. Makan apa, coba kita ini. Ampasnya?" cerocos Nay sambil mengikat rambutnya menyerupai ekor kuda, lalu berjalan berjinjit ke bak sampah di samping kiri May, membuang tisu.
"Baiklah," bisik May setengah merengut, mulai menyiangi jamur tiram.
"... berangkat jam berapa?"
"Sekarang. Tapi aku mandi dulu. Air hangat, ada?"
"Kayak anak TK aja. Air segar bukannya malah bagus, ya. Apalagi kalau mandi sebelum subuh," serang May. Tapi percuma. Nay sudah pindah lagi ke kamarnya, entah mendengar kalimat May atau tidak.
Matahari mulai menerangi pucuk-pucuk pohon nangka. Burung pipit makin ramai bersorak. Melihat Nay menjinjing bawaan dan pamit pergi, May membawa masuk rantang berisi tumis jamur dan menata meja makan. Dia juga perlu pergi hari ini.
*
"Bibi Santi harus dioperasi lagi, dibuang itu koreng di kakinya."
May bergidik mendengar cerita Lana, anak TK yang bertemu dengannya di depan rumah.
"Kenapa?"
"Bibi Santi kebanyakan makan gula."