Rumah Seruni. Burung pipit melintas di atas atap hinggap di salah satu ranting pohon nangka samping bangunan bercat putih itu. Suara para early birds itu memberitahu bahwa mereka telah menemukan sesuatu yang menarik. Di dalam rumah, May, seorang dari enam penghuni Rumah Seruni, menata sendok di dapur.
Pagi diDari arah ruang makan terdengar suara langkah cepat-cepat melintas.
"Nanti belikan daun mint, ya!" titah Nay sambil berjalan menuju kamar mandi. Â Dia kembali lagi lalu menghampiri meja dapur dan menyambar pisau.
"... apel dan semangka?" sambungnya lagi setengah meminta persetujuan. May mengangguk.
"Ya," sahutnya pendek sambil mengikat tali celemek di pinggangnya. Pada hari Sabtu pagi ini kepala May mulai menunjukkan gejala "berisik". Percakapan di dalam kepalanya sedang berlangsung.
Food combining. Metode makan cara ini memang cukup menantang. Menantang kantong, lebih tepatnya. Lagipula berdisiplin itu perlu hardikan dan pelototan yang cukup garang. Mari memelototi diri sendiri. Apa ini termasuk doom spending? May mengedik bahu.
May tak terlalu heran lagi dengan tingkah kakak perempuan yang selisih dua tahun darinya itu. Sejak empat tahun lalu dia getol sekali mengulik data-data baru: ilmu jasad bernama food combining dari beragam sumber, ikut grup whatapps kanan-kiri, dan menemukan atmosfer yoga yang dia sukai; buku-buku Erikar Lebang!
May kembali menatap mangkuk semangka yang dipegangnya. Mengemut garpu sambil melihat kesibukan Nay merajang kol ungu, selada, tomat, dan wortel yang kemudian dia tata dalam kotak makan bersekat di samping kirinya. Dengan sigap ditukarnya mangkuk di tangan May dengan semangkuk lain buah-buahan dalam potongan dadu: apel, salak, dan buah naga.
"Hmm! Warna yang menarik, kaaan...?" ujarnya bersemangat sambil menyergap sepotong buah naga dengan garpu. Matanya beralih lagi ke proyek sehatnya.
"... sayuran apa yang warnanya kuning, ya?" gumam Nay mematut-matut kotak makan dengan jari-jarinya. May memandangnya sambil sesekali berkedip.