Mohon tunggu...
Wening Yuniasri
Wening Yuniasri Mohon Tunggu... Guru - Pelajar kehidupan

Menulislah, maka engkau abadi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Invasi 10 dan Sebuah Kapal

14 Agustus 2024   12:07 Diperbarui: 14 Agustus 2024   12:09 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mungkin mereka memerlukannya suatu saat nanti, katanya suatu kali. Dia terlalu pengertian.

Linda ingin membuat dia melepas mereka. Semua yang ada di dalam situ tidak lagi berguna.

Tapi dia terus menyimpan.

Seorang tukang cat yang selama seminggu diberi mandat, mengecat semua eternit dan dinding. Dia mengerjakan kamar itu. Wah, banyak betul bukunya! Begitu komentarnya setelah selesai. Linda tidak tahu apa yang terjadi kemudian, karena tidak di situ.

Dari mana kemampuan menyimpan itu, Linda tidak tahu persis. Dulu dia tidak begitu.

Setiap kali mereka selesai memasak di bawah rimbun perdu bougenville, Wuri yang merapikan segalanya. Piring seng, sendok teh bergambar bintang tiga susun, pisau roti, bahkan pecahan genteng dan batu-batu.

Dia pandai memasak. Jauh lebih terampil daripada aku. Orang yang menyukai memasak biasanya menyenangi kebersihan. Bahkan bisa kau lihat bokong wajan di dapur kami, bersih mengkilat olehnya. Setiap minggu bergantian dia memeriksa semua lap dan serbet, rak piring dan dinding dapur basah, semua pisau dan peralatan berkebun, hingga kap mesin cuci.

Tapi tidak dengan kamarnya.

Dia lebih sering tidur di ruang tamu. Dia sangat jarang tidur di kamarnya kecuali sangat terpaksa.

Suatu kali Linda pernah menengok kamarnya, hendak menanyakan sesuatu di pagi buta, waktu yang biasanya dia sudah bangun. Dia masih meringkuk di lantai kamarnya. Kasur tipis di ranjang kayu masih dalam gulungan. Masih untung dia tidak tidur di kolong. Tapi ini memilukan. Sebuah bantal besar menopang separuh tubuhnya sementara kedua kakinya berlindung di atas sebuah sajadah, satu-satunya alas bagi semua 'perangkat' tidur yang dia gunakan.

Dia pernah mengajak Linda menggunakan hula hop yang baru saja dibelinya. Dua buah. Dia berkata yang lebih mengkilap boleh Linda gunakan. Sekarang benda besar itu tersandar di salah satu dinding di kamarnya, ditumpuk bersama kantong plastik bekas, keyboard-keyboard komputer, dan kardus bekas kemasan monitor LCD. Linda tak pernah memakainya. Tidak sekali pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun