Mohon tunggu...
Wening Yuniasri
Wening Yuniasri Mohon Tunggu... Guru - Pelajar kehidupan

Menulislah, maka engkau abadi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Invasi 10 dan Sebuah Kapal

14 Agustus 2024   12:07 Diperbarui: 14 Agustus 2024   12:09 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Invasi 10 dan Sebuah Kapal

cerpen oleh: Wening Yuniasri

Linda berdiam di kamarnya. Sudah terlalu jamak jika semua orang mengira dia sedang tak melakukan apa-apa, hanya mengetik. Tiba-tiba sebuah interupsi masuk, mengusik. Tiada kernyit lagi di dahinya. Terlalu sering interupsi ini terjadi.

"Eh, Lin, aku punya ide!" seru Wuri dari ambang pintu.  Baru Linda ingat. Seharusnya pintu itu ditutupnya segera setelah dirinya masuk. Kecerobohan Linda itu membuat Wuri di situ sekarang, menyeringai lebar untuk mendedah-bedah segala kerusuhan di dalam kepalanya yang mendesak keluar.

"Besok ketika Eno kemari, kita biarkan dia tinggal di kamarku. Jadi kamarku harus kosong!" ujarnya lagi masih berseru.

Membiarkan kamarmu---maksudku---'gudang'nya kosong? Terbelalak kedua mata, Linda berseru dalam hati, hampir tak bisa mempercayainya.

Baca juga: Kapan Melukis Lagi?

Itu bukan kamar, Dear, itu gudang. Lagipula aku tidak mau membantunya barang sedikit pun sampai Eno datang nanti dengan kawan-kawannya yang 10 orang itu, menginvasi kota ini.

Biar saja mereka digelarkan karpet di ruang tamu.

Gugatan di batinnya makin menjadi-jadi.

"Kita tidak bisa membiarkan mereka tidur di ruang tamu, kan? Sekali-sekali mereka perlu juga dibiarkan tidur di ruangan yang lebih mirip dengan sebuah kamar!" lanjut Wuri seolah bisa memindai lintasan pikiran saudarinya.

Aku mulai membenci ini. Dia seharusnya melakukan ini sendiri karena dia yang lebih tahu. Jauh lebih banyak tahu tentang segala kemungkinan di mana saja barang-barangnya 'akan' dipindahkan. Oh, yang benar saja!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun