Selain AN, beberapa model evaluasi alternatif dapat dipertimbangkan untuk lebih menekankan pada aspek karakter bangsa, seperti:
Evaluasi Berbasis Proyek: Model ini menilai siswa berdasarkan proyek atau tugas yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi. Proyek berbasis masyarakat, misalnya, dapat membantu siswa untuk mengenal nilai gotong royong dan toleransi, serta memperkaya pemahaman mereka tentang realitas sosial dan budaya di Indonesia.
Portofolio Siswa: Metode ini menilai perkembangan siswa secara kontinu melalui kumpulan hasil karya dan prestasi siswa yang dapat mencakup aspek kognitif dan non-kognitif. Portofolio dapat menjadi bukti perkembangan karakter dan keterampilan sosial siswa, yang sesuai dengan visi pendidikan nasional.
Penilaian Reflektif: Sistem evaluasi yang memberikan ruang bagi siswa untuk merefleksikan pembelajaran mereka dapat membantu siswa mengembangkan kesadaran diri dan kedewasaan emosional, yang juga merupakan bagian dari karakter bangsa Indonesia yang menghargai introspeksi dan kesederhanaan.
Ujian Nasional, dalam bentuknya yang asli, memang telah banyak memberikan kontribusi dalam menjaga standar mutu pendidikan di Indonesia. Namun, seiring perkembangan dan tuntutan pendidikan yang semakin berfokus pada pengembangan karakter dan keterampilan hidup, evaluasi pendidikan nasional perlu disempurnakan agar lebih relevan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Dengan diperkenalkannya Asesmen Nasional, diharapkan sistem evaluasi nasional di Indonesia tidak hanya mengukur aspek kognitif tetapi juga memperhatikan aspek karakter dan lingkungan belajar.
Asesmen Nasional dan evaluasi lainnya seperti portofolio dan proyek berbasis karakter bangsa dapat menjadi solusi yang relevan dalam menciptakan sistem pendidikan yang menyeluruh, sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Maka, jika pertanyaannya adalah apakah ujian nasional perlu dipertahankan, jawabannya adalah iya, tetapi dalam bentuk yang lebih holistik dan sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.
Kesimpulan dan Saran
Sistem evaluasi pendidikan nasional, khususnya Ujian Nasional (UN), telah menjadi bagian integral dalam menjaga mutu pendidikan di Indonesia. Namun, seiring dengan perubahan global dan kebutuhan pendidikan yang lebih holistik, metode evaluasi yang hanya menilai kemampuan akademik tidak lagi dianggap cukup untuk memenuhi tujuan pendidikan nasional Indonesia. UUD 1945 serta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan harus mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya---baik dari segi intelektual, moral, sosial, maupun emosional.
Pandangan para pakar, baik dalam maupun luar negeri, menyoroti bahwa pendidikan harus lebih dari sekadar capaian akademik; pendidikan harus mencakup pembentukan karakter, pengembangan keterampilan hidup, dan penanaman nilai-nilai sosial yang sesuai dengan karakter bangsa. Teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner dan pandangan John Dewey tentang pendidikan sebagai persiapan kehidupan nyata mendukung bahwa evaluasi pendidikan perlu mencakup aspek sosial, emosional, dan etika.
Peralihan dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional (AN) merupakan langkah tepat dalam upaya menciptakan sistem evaluasi yang lebih komprehensif. AN mencakup Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar, yang semuanya bertujuan untuk menilai tidak hanya pengetahuan akademik tetapi juga aspek karakter dan kondisi lingkungan belajar yang kondusif. Dengan adanya survei karakter, AN diharapkan dapat lebih mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang berakar pada nilai-nilai gotong royong, toleransi, integritas, dan kejujuran.
Saran
Penguatan Aspek Non-Kognitif dalam Evaluasi Pendidikan Nasional
Pemerintah dan pemangku kepentingan pendidikan perlu terus memperkuat aspek non-kognitif dalam Asesmen Nasional. Komponen survei karakter perlu didukung dengan indikator-indikator yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, sehingga dapat mengukur dan membina integritas, tanggung jawab sosial, dan gotong royong. Ini akan memastikan bahwa pendidikan di Indonesia tidak hanya mencetak individu yang cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter kuat, sesuai dengan cita-cita bangsa.
Penggunaan Evaluasi Berbasis Proyek untuk Mengembangkan Keterampilan Hidup
Dalam rangka menciptakan sistem evaluasi yang lebih beragam dan aplikatif, sekolah-sekolah di Indonesia sebaiknya mulai menerapkan penilaian berbasis proyek (project-based assessment). Proyek yang menggabungkan beberapa mata pelajaran dan menuntut siswa untuk berkolaborasi dapat menjadi cara efektif untuk mengembangkan keterampilan hidup seperti komunikasi, pemecahan masalah, dan kerjasama. Evaluasi berbasis proyek ini juga mendorong siswa untuk lebih memahami realitas sosial dan budaya Indonesia, sehingga pembelajaran menjadi lebih relevan dan bermakna.