Setelah melihat cangkir kopi susu yang terletak di samping Laptopku itu, aku melihat kesamping, ternyata Wanita berkulit hitam manis yang membuatkan secangkir kopi susu untuk ku itu sudah tidak ada lagi disampingku saat ini.
Seperti biasa dia terlihat begitu tidak sabar untuk menunggu hingga laptop ku menyala, dan seperti biasanya, dia selalu pergi duluan meninggalkan ku disini, sambil berpesan agar aku segera menyusul nya pergi kedunia-nya itu.
Setelah sekian lama menunggu, sepertinya malam ini aku sedikit kesulitan untuk menyusulnya ke-dunia-nya itu.
Dunia yang kutau, dimana setan dan manusia bisa saling melihat dan berbicara antara satu dengan yang lain-nya. Dunia dimana semua penghuni di dalamnya bisa berkomunikasi dengan semua bahasa yang berbeda-beda. Dunia dimana suara bukanlah menjadi yang paling utama, Dunia dimana aku melihat para penghuni di dalamnya tidak lagi berbicara dengan bahasa manusia. Dunia yang perlahan-lahan mulai mengajariku untuk bisa mengerti bahasa mereka. Seperti saat ini, dimana aku berbicara dengan temanku itu dengan dengan menggunakan bahasa rasa.
Kudengar suara tawa dari dua orang yang kulihat masih asik ngobrol sambil duduk diatas kursi sofa minimalis di ujung sana. Kuambil cangkir kopi yang masih terasa begitu hangat itu, sambil sedikit menggeser kursi yang sedang kududuki saat ini, aku beranjak meninggalkan laptop yang masih menyala.
Kudatangi dua orang yang seperti-nya adalah dua orang sahabat lama itu. Mereka begitu asik ngobrol berdua, sampai-sampai seperti tidak menyadari kalau aku sedari tadi memperhatikan mereka berdua dari sini.