Mohon tunggu...
Wardatus Sholihah
Wardatus Sholihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Malang

Semangatt

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seberapa Besar Pengaruh Teman Sebaya dalam Pembentukan Karakter Anak?

27 November 2022   21:53 Diperbarui: 27 November 2022   22:41 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teman Sebaya (Ulyadays.com)

Seseorang pastinya berusaha mencari teman yang kalau bisa memiliki kemampuan berpikir sama dengan dirinya. Hal tersebut ia inginkan karena jika mereka menghadapi suatu permasalahan secara bersama mereka akan menentukan cara menyelesaikannya dengan pemikirannya yang sama.

  • Pribadi

Faktor yang terakhir itu tentang pribadi. Seseorang yang memiliki pribadi yang keras kepala biasanya sulit menentukan teman yang dianggapnya baik kepadanya. Karena orang yang keras kepala pasti beranggapan bahwa dirinya lah yang selalu benar.

Dampak Penerimaan dan Penolakan Seseorang

  • Dampak Penerimaan Teman Sebaya
  • Rasa senang, bahagia dan puas
  • Rasa berharga karena dibutuhkan
  • Dampak Penolakan Teman Sebaya
  • Frustasi yang menimbulkan perasaan kecewa dan kesepian
  • Timbulnya pertengkaran
  • Munculnya permusuhan atau pengucilan

Bermain dan Permainan Bagi Anak Usia Dini Berdasarkan Teori Piaget dan Vygotsky

Bermain dan permainan memiliki dampak yang besar bagi perkembangan anak. Seorang anak akan belajar dan menyerap segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya saat mereka bermain (Montessori dalam Sudono, 2000). Menurut pandangan ini, ketika anak-anak bermain, mereka mengalami proses perkembangan yang dikenal dengan belajar dan menyerap. Selanjutnya, setiap alat permainan berfungsi sesuai dengan imajinasi anak (Frobel dalam Sudono, 2000). Anak akan memperoleh konsep bahasa seperti "sama" atau "lain" melalui imajinasinya. Jika itu terjadi pada seorang anak, berarti anak belajar. Ada dua sudut pandang yang menunjukkan bahwa bermain membuka jalan bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan.

Teori Piaget

Menurut teori Piaget (1962), permainan anak-anak tidak hanya mencerminkan tahap perkembangan mereka, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan kognitif mereka. Piaget selanjutnya mengatakan bahwa perkembangan kecerdasan terkait dengan perkembangan bermain. Contoh dari episode Saat bermain peran seorang anak perempuan dengan teman-temannya, anak belajar untuk melatih keterampilan merepresentasikan apa yang telah mereka pelajari dengan memainkan peran tersebut. Misalnya, mereka berpura-pura menggunakan daun atau kertas sebagai uang. Akibatnya, aktivitas bermain seorang anak akan dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas bermain anak tersebut tertinggal dari anak-anak lain seusianya jika kecerdasannya di bawah rata-rata.  Ada beberapa tahapan yang sesuai dengan perkembangan anak. Tahapan-tahapan ini merupakan hasil penelitian dari beberapa ahli perkembangan anak. Ada beberapa tahapan perkembangan bermain menurut Jean Piaget:

  • Sensory Motor Play (3 atau 4 bulan sampai 2 tahun)

Pada tahap ini anak menikmati aktivitas bermain melalui sensor-sensor otot yang terdapat didalam tubuh terutama yang terdapat dalam lima indera. Sebagai contoh anak yang suka memasukkan mainan ke mulutnya, karena anak menikmati aktivitas tersebut. Piaget mendasari tahapan tersebut berdasarkan tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-2 tahun melalui sensory motor karena anak berusahan mengenali lingkungan dan memperoleh informasi mengenai lingkungan melalui sensor otot-otot mereka masing-masing.

  • Symbolic atau Make Believe Play (2-7 tahun)

Pada tahap ini kognitif anak sudah masuk pada masa pra-operasional konkret yaitu tahap pemahaman informasi melalui benda-benda konkret atau benda-benda yang nyata. Pada tahap ini kemampuan anak berimajinasi berkembang dengan pesat, dengan demikian pada tahap ini anak masuk pada masa bermain pura-pura atau symbolic/make believe play. Contoh: seorang anak yang sedang bermain boneka dan berpura-pura bahwa boneka tersebut sedang berbicara.

  • Social Play Games With Rules (8-11 tahun)

Pada tahap ini, perkembangan sosial anak sudah berkembangan semakin baik. Anak sudah mulai senang bermain dengan teman sebayanya. Selain itu menurut Kohlberg, pada usia ini anak sangat mematuhi sebuah aturan yang dibuat sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut pada tahap ini Piaget mengklasifikasi bahwa usia 8-11 tahun adalah tahap bermain sosial dengan aturan. Contoh: permainan petak umpet jika salah satu anak ada yang ketahuan tempat sembunyinya maka dia yang menjadi penutup mata berikutnya

  • Games With Rules and Sports (11 tahun keatas)

Usia 11 tahun keatas, anak sudah masuk tahap perkembangan kognitif formal operasional. Pada tahap ini anak sudah mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Dengan demikian pada masa ini anak sudah mampu menikmati bermain menggunakan aturan dan juga olahraga. Seperti contoh: bermain sepak bola sesuai aturan yang berlaku, sepak bola biasanya permainan yang disukai kalangan anak laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun