“Doni, kau kok mau tanggapin dia?” semprit Mia setelah wajah Ony tak ada di ruangan itu.
“Cuekin aja. Barang baru pasti ke sini. Jelas-jelas dia sengaja keliling kelas buat tunjukin HP baru. Caper banget sih. Barang juga masih dibeliin ortu. Pamer-pamer. Bikin bete pagi-pagi!” sungut seorang teman.
“Sok banget sih dia. Kita saja ada anak orang kaya. Gak sampai segitu.” Miranda meminta tanggapan dari Rara, “Iya kan, Ra. Di sebelahmu tuh nyantai aja.”
Rara memilih diam. Rambutnya sebahu. Berponi tipis sampai di atas alis. Dia tahu orang di sebelahnya duduki bangku sambil ayun-ayunkan kaki bangku ke belakang. Sikut tangannya menopang meja di belakang. “Ra!” panggilnya.
Rara memalingkan muka. Rambutnya hari ini tak diikat. Ujung helai rambutnya dia kibas pelan. Tak ingin seperti orang-orang iklan di TV. Tak mau disengaja. Apalagi di depan Revi. Jika Revi tahu ada shampo anti-dandruff, dia tak tahu Rara anti Revi.
“Aku bisa begitu.”
“Lagakmu, Revi!”
Kalau aku mau.
Teet, tettt…
Pelajaran pertama dimulai.
***