Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 57. Galuh Sekar Tewas

17 November 2024   11:43 Diperbarui: 17 November 2024   13:27 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesibukan di tepian Brantas itu sedikit mengurangi kewaspadaan mereka. Tanpa mereka ketahui sepasang mata tengah mengawasi mereka. Tahu bahwa rombongan Pangeran Erlangga terhalang laju perjalanannya oleh aliran sungai Brantas, segera lelaki itu melangkah surut dan bergegas lari menuju seekor kuda yang ia tambatkan di pinggir hutan.

Setelah mencapai tempat kuda itu ia segera melompat naik kepunggung hewan tunggangannya. Dengan menarik salah satu tali kendali kuda itu berputar dan melompat lari setelah tumit lelaki itu menyentuh perut kuda.

Dengan kencangnya kuda itu berlari melewati jalan yang baru dilalui oleh rombongan pangeran Erlangga. Ketika mencapai jalan besar ia belok ke kanan, menuju istana Giriwana. Ia harus segera melaporkan hasil kerjanya memata-matai pergerakan pasukan pengikut pangeran Erlangga.

Di jalan tengah hutan ia menemui sebuah barisan yang baru berbenah setelah dikacaukan oleh sergapan pasukan lawan. Segera ia bergegas turun dan menuntun kudanya berjalan untuk menghadap pimpinan pasukan itu.

Yuyu Rumpung yang tahu kehadiran seorang prajurit sandi Lhodhoyong, segera memerintah anak buahnya untuk mencari Maha Dewi Panida di tengah barisan orang-orang bercawat itu. Tidak lama kemudian mereka berkumpul.

"Adakah berita penting yang kau bawa ?" Tanya Maha Dewi Panida.

"Hamba Maha Dewi. Ada berita yang harus segera saya sampaikan." Jawab prajurit sandi itu sambil menundukkan kepala. Lelaki itu sama sekali tak berani mendongakkan kepala untuk menikmati pemandangan indah di depannya.

"Segera laporkan...!!!"

" Sendika Gusti Ayu. Tengah malam rombongan pangeran Erlangga meninggalkan pesanggrahan di halaman candi Jalatunda. Dikawal limaratusan prajurit mereka merebos hutan perdu di lereng gunung Penanggungan di tengah gelap malam. Pagi tadi mereka sampai di tepian Brantas. Namun karena tak ada gethek mereka tak dapat menyebrang." 

"Lantas ?"

"Beberapa prajurit masuk hutan dan menebangi batang bambu, kemudian menyeret batang-batang bambu itu ke tepian. Bisa jadi kini mereka sibuk membuat gethek untuk digunakan menyebrangi sungai Brantas." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun