Dengan makan beberapa butir buah-buahan yang mereka petik di hutan, dan pala-pala kependem yang mereka bakar cukup sudah mereka mengembalikan tenaga yang terkuras dalam perang brubuh semalam.
Matahari terus bergerak. Di bawah rindangnya hutan mereka sempat tidur sejenak. Mereka terbangun saat terdengar suara sorak-sorai barisan prajurit lawan yang sebentar lagi melintasi jalan yang membelah hutan itu. Dengan sigap mereka segera mencabut senjata, dan mencari tempat untuk mengintip barisan lawan yang tengah berjalan.
Mereka menunggu aba-aba untuk menyerang pasukan lawan yang telah melintas di depan mereka. Namun aba-aba itu terasa tidak kunjung datang. Pasukan prajurit istana Giriwana sudah tak sabar. Mereka mengira serangan pendadakan dalam pencegatan itu dibatalkan.
Namun ternyata tidak. Ketika barisan tinggal terlihat ekornya segera bunyi suara burung kedasih terdengar. Dengan sigap prajurit Giriwana berlari keluar dan menerjang ekor pasukan lawan.
Orang-orang bercawat di ekor barisan itu sempat gugup. Prajurit Giriwana tanpa mereka duga bermunculan dari hutan di kanan kiri jalan yang mereka lewati. Sebuah pertempuran sengit berlangsung sejenak. Keributan pada ekor barisan itu menyebabkan gerak barisan berhenti.
Ketika orang-orang bercawat yang berada di ujung kepala barisan berbalik badan, dan hendak bergerak untuk membantu kawan-kawannya di ekor barisan, sebuah anak panah sendaren terdengar. Ternyata itu aba-aba agar pasukan panah Giriwana beraksi. Dengan cepat ratusan anak panah meluncur membidik punggung-punggung orang-orang bercawat itu.
Jerit kesakitan dan caci maki terdengar. Sebagian orang-orang bercawat itu tertembus punggungnya dan jatuh menelungkup di atas tanah. Kepanikan terjadi sebentar di antara orang-orang bercawat itu. Namun musuh-musuhnya tidak melanjutkan serangan.
Setelah beberapa korban berhasil mereka jatuhkan, segera prajurit Giriwana lari dan masuk hutan lagi. Demikian pula yang dilakukan prajurit-prajurit yang menyerang ekor barisan lawan. Setelah pedang mereka berhasil memakan korban, segera mereka melompat lari masuk hutan, untuk bergerak lagi ke tempat baru agar terus bisa mengganggu laju perjalanan barisan lawan.
****
Sementara itu rombongan Pangeran Erlangga telah mencapai tepian sungai Brantas. Namun mereka tak dapat menyebrang sungai itu karena tak ada satupun gethek  di sana. Terpaksa mereka harus membuat gethek-gethek dulu agar mereka bisa segera terhindar dari kejaran lawan.
Senopati Narotama segera menjatuhkan perintah, agar sebagian pasukannya mencari batang-batang bambu di hutan sekitar sungai itu. Tanpa perlu diulang perintahnya, prajurit itupun segera tahu apa yang harus dikerjakan. Mereka bergegas masuk hutan dan menebangi bambu, dan menyeretnya ke tepian.