Tiba-tiba ia lihat orang bersepeda di depan. Bergegas Mbah Dulah mengejarnya. Tanpa izin pesepeda itu ia langsung melompat naik boncengan.
"Nunut Pak, ke timur sana."
"Yah, silahkan. Dari mana kok nafasnya memburu, terengah-engah."
"Ya lari pak. Baru saja aku lihat hantu, tanpa kepala. Hantu puthul"
"Hantu puthul ? Tanpa kepala ? Apa wujudnya seperti aku ?"
Mbah Dulah mendongak keatas. Orang yang memboncengnya dengan sepeda ternyata juga tanpa kepala. Iapun lantas bergegas melompat turun, dan lari sekencang-kencangnya sampai rumah.
Esok harinya Mbah Dulah diketahui oleh isterinya pingsan di halaman. Celananya basah berbau pesing.
Sejak saat itu Mbah Dulah tak lagi keliling jualan sate. Ia membuka warung di depan pasar desa. Warung "Sate Dulah" terkenal hingga sekarang. Menjadi langganan favorit pejabat-pejabat yang gemar satenya.
(September, 224)
Lereng Kelud, Kediri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H