Senopati Manggala menatapnya dengan pandangan tajam saat menyalaminya. Namun Dyah Tumambong menghindari tatapan mata senopati itu.
"Mari mari kakang silahkan masuk."katanya sambil tersenyum kecut.
"Terima kasih Adi Tumambong. Hampir saja aku terlambat menghadap" kata senopati menyindir.
"Ahhh tidak kakang. Beliau berdua juga baru saja bercengkrama." Kata Dyah Tumambong pura-pura tak paham.
Saat menyalami Sembada nampak Dyah Tumambong kepingin memperlihatkan kekuatannya. Ia pegang telapak tangan Sembada dengan kuat dan ia remas dengan keras memakai seluruh tenaga sakti yang ia miliki.
Secara spontan Sembada bereaksi. Namun ia tidak memakai sisi keras dari Aji Tapak Naga Angkasa, sebaliknya ia gunakan sisi lembut dan lemas aji itu. Ketika jemarinya diremas oleh jemari tangan Dyah Tumambong, seperlu kulit belut yang sangat licin jemari itu terlepas dengan sendirinya.
"Maaf tuan. Telapak tangan saya baru saya lumasi dengan minyak kelapa." Kata Sembada lirih sambil tertawa.
"Syetan. Tangan demit." Kata Dyah Tumambong.
Ketika lelaki itu mengulurkan tangan kepada Sekar Arum, gadis itu tak mau menyambutnya. Ia berpegang lengan Sembada dan bergegas menghindari tatapan mata yang sedikit kurang ajar dari lelaki itu.
"Awas. Kemana kau pergi akan aku kejar gadis." Bisiknya lirih.
Sembada dan Sekar Arum tidak mau menanggapinya. Mereka mengikuti Senopati Manggala dan Kala Bajra masuk ruang Bale Prabayeksa. Telapak kaki mereka merasakan dingin ketika menginjak lantai bale prabayeksa yang terbuat dari batu hitam yang digosok halus itu.