Pangeran Erlangga tertawa. Ia semakin tertarik menjadikan pemuda itu sebagai salah satu rakyan di negeri yang hendak ia dirikan kelak. Ia telah memperbincangkannya tadi dengan senopati Narotama.
"Sembada, dan kau Sekar Arum, aku sudah banyak memperoleh keterangan tentang dirimu, baik dari Kakang Narotama, maupun dari para prajurit sandi yang aku tebarkan. Dari sanalah aku berniat mengangkatmu menjadi salah satu rakyan untuk kerajaan yang hendak kita dirikan. Agar kalian berdua sepenuhnya bisa membantuku kelak. Apakah kalian mau ? " Tanya pangeran Erlangga.
"Ini anugrah bagi kami berdua Pangeran. Pangeran berkenan meminta kepada kami untuk membantu tuan." Jawab Sembada.
"Yah, kalian aku tugaskan untuk menghimpun pemuda dan pemudi  di wilayah selatan yang berminat menjadi prajurit. Kelak kesatuan prajuritmu akan aku jadikan pasukan khusus yang menjadi benteng pertahanan negeri yang hendak kita dirikan." Kata Pangeran.
"Kami mau pangeran. Tugas itu akan kami kerjakan sebaik-baiknya." Jawab Sembada.
"Segala kebutuhan untuk melaksanakan tugas itu laporkan kepada Kakang Narotama, seluruh biaya akan menjadi tanggung jawabku. Tugasmu hanya menggembleng para pemuda dan pemudi itu untuk menjadi prajurit yang tangguh." Kata Pangeran Erlangga.
"Terima kasih pangeran. Perintah pangeran akan hamba junjung tinggi."kata Sembada.
"Sebagai senopati yang kelak bertanggung jawab di daerah selatan, gelar namamupun telah kami pilihkan. Dalam catatan riwayat Senopati Kidang Gumelar, ada nama Naga Wulung yang menguasai ilmu Naga Geni. Nama itu aku anugrahkan padamu sekarang, meski belum bisa aku kuatkan dengan Serat Kekancingan. Kau bisa pakai nama gelarmu dalam segala urusan keprajuritan." Kata Pangeran Erlangga.
"Baik Pangeran. Sekali lagi terima kasih." Kata Sembada.
"Lengkapnya, sebagai senopati daerah selatan, gelarmu adalah Rakai atau Rakyan Halu Dyah Naga Wulung, pemimpin pasukan khusus kerajaan kita kelak." Kata Pangeran Erlangga.
"Terima kasih pangeran, terima kasih." Kata Sembada sambil membungkuk hingga dahinya menempel di tikar putih yang tergelar di atas lantai batu hitam yang mengkilat itu.