Sementara Sekar Arum sudah berhadapan dengan Macan Belang Jantan. Lelaki menantu Singa Lodhaya itu telah ditinggal mati isterinya. Terbunuh oleh Sekar Sari di medan pertempuran Maja Dhuwur.
"Kau yang membunuh istriku dalam perang kemarin. Jangan coba-coba melawanku anak manis. Lebih baik kau kujadikan penggantinya. Kita bisa bersenang-senang dimanapun dan kapanpun. Hahaha." Kata Macan Belang Jantan.
"Puih. Siapa yang sudi jadi pengganti istrimu. Bukan aku yang membunuh Macan Belang Betina, putri Singa Lodhaya yang bernama Genduk itu. Tetapi kakakku, Sekarsari, yang membelah dadanya. Sekarang aku ingin memenggal lehermu untuk tumbal dusun kecil itu. Jungabang" Kata Sekar Arum.
"Jangan jumawa kau di hadapanku. Meski pedangmu rangkap, kau akan hancur tercabik-cabik cakarku." Kata Macan Belang Jantan.
Lelaki itu melompat dengan cepat menerkam lawannya. Namun Sekar Arum dengan cepat melompat maju menghadang, sambil mengirim tendangan kaki kanan.Â
"Buuukk" sebuah benturan yang sangat keras terdengar. Tumit Sekar Arum yang telah dialiri tenaga dalam sampai puncak membentur perut Macan Belang Jantan.
"Aduuh, syetan." Lelaki berkostum kulit harimau loreng itu terlempar tubuhnya  ke belakang dan jatuh di tanah dalam posisi telentang.Â
Dengan gesit ia menggulung tubuhnya dan menggelinding ke belakang, kemudian melompat berdiri. Ia berusaha menjauh dari lawan yang ternyata sangat perkasa itu..
Namun dengan cepat Sekar Arum melompat, dilambari ilmu peringan tubuh yang matang, ia manpu menjangkau jarak antara dirinya dengan lawannya. Seperti kilat menyambar di langit kaki kirinya menghantam dada Macan Belang Jantan.
Lelaki itu terlempar lagi, tubuhnya melayang jauh. Nasib buruk ternyata menimpa dirinya. Ketika belum sampai tubuhnya jatuh di tanah ia dilanda oleh kuda yang lari kencang yang ditunggangi seorang prajurit. Tubuhnya terpental lagi dan jatuh di depan Sekar Arum. Gadis itu mencabut satu pedang dan membabat punggung Macan Belang.
"Aaahhh" terdengar jerit menyayat dari mulut lelaki itu. Ketika tubuhnya jatuh di tanah, nafasnya tak terdengar lagi. Ia mati terbelah punggungnya.