Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 44. Pasukan Berkuda (Cersil STN)

7 Agustus 2024   19:04 Diperbarui: 7 Agustus 2024   20:29 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh ia manusia yang berbahaya bagi sesama.

Di tempat lain, di tengah arena pertempuran pasukan induk, nampak seorang wanita tua selalu menggerakkan kipas di tangan kirinya. Sementara tangan kanannya memegang tongkat batang penjalin yang dipakai menghadang senjata musuhnya yang aneh, kelewang besar.

Dengan luwesnya wanita tua itu kadang menggerakkan kipasnya untuk mengusir semprotan air liur beracun dari musuhnya. Gerakan kipas itu menimbulkan angin yang keras, suaranya menderu-deru memekakkan telinga. Dialah guru Sekar Arum, pendekar wanita yang pernah mendapat julukan Si Walet Putih Bersayap Pedang.

Lawannya adalah Kelabang Gede, guru Kelabang Ireng, pendekar kejam dari pesisir laut selatan. Dengan ajinya Kelabang Kures ia mampu menyemprotkan air liur beracun yang dapat membakar kulit hingga melonyoh. Namun lawannya adalah pendekar dari gunung Arjuna yang sangat tangguh. Dengan Aji Garuda Sakti ia dapat bergerak cepat seperti terbang mengitari lawannya.

Tongkat penjalinnya berulang kali dapat menggebug lawannya. Namun setiap mendapat gebugan Kelabang Gede meliuk-liukkan tubuhnya sebentar, setelahnya sakit akibat gebugan itu tak lagi ia rasakan.

Demikianlah pertempuran dua tokoh sakti itu terus berlangsung di tengah riuhnya perang antara dua pasukan. 

Di tempat lain Gagak Arga, guru Gagak Ijo dari perguruan Gagak Birawa dari gunung Kawi, tengah mengamuk di medan sebelah utara. Ia dikerubut oleh sepuluh prajurit bersenjata pedang. Lelaki itu menghisap perhatian di sekitarnya bertempur. Berulang kali beberapa prajurit jatuh tersungkur karena tangannya.

Sembada yang menjelajahi medan dengan cambuknya melihat peristiwa itu. Ia tidak tinggal diam. Segera saja ia menghampiri pertempuran itu dengan berulang kali menggerakkan cambuknya. Bunyinya yang memekakkan telinga menarik perhatian Gagak Arga.

"Hee anak ingusan. Jangan ganggu aku membantai musuh-musuhku. Suara cambukmu itu sangat memuakkan untuk didengar. Pulanglah, gembalakan kambingmu. Jangan bermain-main di sini yang dapat membahayakan nyawamu." Kata Gagak Arga dengan keras.

"Aku tengah mencari bandot, kambing jantanku."

"Kenapa kau cari di sini ? Ini medan pertempuran."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun